Belajar Keberagaman dari Aneka Keris Nusantara

Rabu , 20 May 2015, 16:37 WIB
Keris.
Foto: Herka Yanis/Antara
Keris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Dalam rangka memperingati hari kebangkitan nasional, DPR menggelar pameran keris nusantara. Di pameran ini, ditampilkan keris dari berbagai daerah. Kurator Pameran Keris Nusantara DPR RI Basuki Teguh Yuwono mengatakan, keris yang dipamerkan dalam acara ini mewakili keris dari berbagai nusantara. Antara lain rumpun Bali yang diwakili keris Bali dan Lombok, rumpun  Jawa yang diwakili keris Madura, Solo, Yogyakarta, Cirebon, dan rumpun Pasundan.

Selain itu, dipamerkan pula keris rumpun Melayu yang diwakili keris Sumatera, Minangkabau, Palembang, Bangkinang, Lampung; Bugis diwakili keris Bugis, Makasar, Mandar, NTT, dan  NTB. "Pameran keris ini untuk menunjukkan kepada masyarakat kalau keris merupakan salah satu karya cipta budaya  puncak tertinggi di bidang seni tempa logam di nusantara," kata Basuki di Gedung DPR RI, Rabu, (20/5).

Keris, terang dia, nilai-nilai historisnya mampu mempengaruhi cara berpikir dan perilaku masyarakat Indonesia. Keris menunjukkan budaya Indonesia yang luhur. Keris di Indonesia saat ini telah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Hal ini mendorong para pemerhati keris memberikan apreasiasinya terhadap keris.

Basuki mengatakan keris bersumber dari Jawa kemudian baru menyebar ke berbagai daerah di seluruh wilayah  nusantara. Keris, kata dia,  tersebar ke berbagai daerah kemudian menyesuaikan diri sesuai dengan identitas masing-masing.

"Jadi tidak bisa disebutkan etnis mana yang paling banyak memiliki koleksi atau budaya keris karena memang menyebar ke nusantara," kata Basuki dalam acara Pameran Keris Nusantara DPR RI di Jakarta, Rabu, (20/5).

Daerah persebaran keris di nusantara dipengaruhi oleh kekuasaan Majapahit pada saat itu seperti Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, termasuk Minangkabau, pesisir Kalimantan, Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, dan Mindanao. Keris di setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, dan peristilahan.

Pada zaman dulu, setiap lelaki di  nusantara punya tiga buah keris. Keris dari orangtuanya, dari mertuanya, dan keris yang menjadi miliknya sendiri. Budaya keris, terang Basuki, selalu lekat dalam berbagai upacara di nusantara. Dari upacara kelahiran anak, injak tanah, sunatan, pernikahan, sampai pemakaman. Keris merupakan simbol kedewasaan,  kejantanan, dan tanggung jawab. Keris juga merupakan cerminan personal pemiliknya. Misalnya seorang pejabat maka ia punya keris sengkelat. Sedangkan orang yang mapan kehidupannya memiliki keris sabuk inten.