REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah diminta untuk melakukan pengawasan secara langsung untuk memastikan tercapainya target lifting minyak. Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya Yudha menyebut, monitoring secara real time bisa memberikan update terkini dari masing-masing lapangan migas, sehingga akan terbangun rasa percaya antara pemerintah dan masyarakat.
"Saya ingatkan pada periode yang lalu kita pernah setujui anggaran untuk real time monitoring eksisting. Jaman Bu Evita (Evita Legowo, mantan dirjen migas). Dan harapan kita kalau masih dijalankan ketepatan lebih akurat. Supaya pada waktu ditentukan kisaran kita bisa lebih pasti. Kalau real time kan persumur bisa dimonitor. Karena kalau menteri bilang 830 kita bisa ada rasa percaya diri untuk menjaga angka ini," ujar Satya Yudha, Senin (15/6).
Komisi VII DPR bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyepakati besaran lifting minyak 2016 berada pada kisaran 800 hingga 830 ribu barel per hari. Kesepakatan ini dilakukan dalam rapat kerja (Raker) dengan agenda pembahasan penetapan asumsi dasar RAPBN 2016.
Menanggapi angka ini, Menteri ESDM Sudirman Said mengaku optimistis. Dia menilai, target lifting dengan kisaran 800 hingga 830 ribu barel per hari realistis. Hingga saat ini, realisasi rata-rata lifting minyak sepanjang bulan berjalan adalah sebesar 802.046 barel per hari. Untuk tahun berjalan, rata-rata sebesar 777.347 barel per hari.
"Melihat produksi saat ini dan ke depan, saya lihat angka ini realistis. Kami sampaikan pada SKK Migas bahwa sebaiknya kita tidak membuat rencana lebih rendah dari target tahun ini. 830 barangkali kita bisa pegang," katanya.