DPR: Setop Hibah Alutsista Tua

Rabu , 01 Jul 2015, 10:20 WIB
 Badan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh menghantam pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).   (AP/Andi Rambe)
Badan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh menghantam pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6). (AP/Andi Rambe)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi I DPR RI Supiadin AS mendesak Pemerintah Indonesia menghentikan hibah alat utama sistem senjata untuk TNI, pascajatuhnya pesawat Hercules C-130 yang menewaskan 12 kru dan 113 orang penumpang di Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/06).

"Jatuhnya pesawat Hercules di Medan merupakan peringatan yang jelas bagi pemerintah untuk menghentikan hibah apa pun untuk alutsista TNI," katanya, di Jakarta, Rabu.

Dia menyoroti kualitas pesawat hibah yang sudah tua, dan selayaknya pemerintah tidak lagi menerima karena sebagian pesawat Hercules yang dimiliki TNI adalah hibah dari Australia.

Menurut dia, kejadian pesawat hibah yang jatuh bukan kali ini saja terjadi, pada April lalu, pesawat F-16 hibah dari Amerika Serikat terbakar di Lanud Halim Perdanakusumah, karena gagal lepas landas.

"Saat itu Indonesia telah sepakat menerima 24 pesawat dari AS, tapi ketika telah didatangkan lima unit, hanya dua yang berstatus 'serviceable' dan dikategorikan layak operasi," ujarnya.

Anggota Komisi I DPR tersebut meminta pemerintah tidak lagi menunda-nunda modernisasi alutsista TNI. Dia mengatakan peristiwa di Halim pada April lalu tidak menelan korban jiwa, tapi tragedi di Medan ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah.

"Indonesia sebenarnya harus belajar dari pengalaman, dan gunakanlah anggaran dari APBN untuk modernisasi alutsisa bukan dengan hibah dari negara lain," ucapnya.

Sebelumnya, pesawat Hercules milik TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6) siang, menimpa sebuah mobil Toyota Fortuner dan mengenai dua bangunan ruko yang sedang dibangun.

Lokasi jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan A1310 itu berada di dekat Bandara Lanud Soewondo, bekas Bandara Polonia Medan.

Sumber : Antara