RAPBN 2016 Harus Jawab Ekspektasi Masyarakat dan Pasar

Selasa , 25 Aug 2015, 15:29 WIB
Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan kata sambutan sebelum pembacaan pidato tanggapan penyampaian nota keuangan dan RAPBN 2016 oleh Presiden Joko Widodo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Ketua DPR Setya Novanto menyampaikan kata sambutan sebelum pembacaan pidato tanggapan penyampaian nota keuangan dan RAPBN 2016 oleh Presiden Joko Widodo di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam mengatakan, Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2016 harus menjawab ekspektasi masyarakat dan pasar dengan asumsi-asumsi yang lebih realistis.

"Jangan sampai ada gap yang terlalu lebar antara asumsi makro dan realitanya. Saat ini rupiah sudah menembus angka psikologis Rp14.000, serta IHSG terus melorot hingga kisaran Rp4.100-an," katanya, Selasa, (25/8).

Apalagi, ujar Ecky, secara umum pasar saham dunia pun terjun. Indeks harga-harga komoditas mencapai rekor terlemahnya seperti harga minyak mentah Brent yang sudah ke 40 dolar AS per barel. Ini sinyal-sinyal bahwa ekonomi dunia akan lebih bergejolak dari yang diperkirakan. Menurut dia, asumsi-asumsi makro yang digunakan dalam RAPBN 2016 seharusnya bisa menangkap sinyal ini. Sebab asumsi yang terlalu jauh dari kenyataan akan menyebabkan defisit dalam pengelolaan keuangan negara.

"Jika defisit ini terjadi maka tak ada cara lain menutup defisit kecuali dengan berutang. Akibatnya country risk naik sehingga ketidakpastian makin meningkat,” ujarnya.

Dalam nota keuangan RAPBN 2016 yang dikeluarkan pemerintah pekan lalu, rupiah diasumsikan berada di posisi Rp13.400 per dolar AS serta harga minyak dunia 60 dolar AS per barel. Hal penting lainnya adalah faktor psikologis yaitu kepercayaan pasar terhadap kredibilitas pemerintah dalam memprediksi perekonomian.

"Mereka butuh kepastian untuk mengkalkulasi usaha atau mengambil keputusan investasinya,” kata Ecky.