Teror di Paris Menyerang Ruang Publik

Senin , 16 Nov 2015, 18:50 WIB
Tokoh Islam Prancis, Imam Hassen Chalghoumi (kedua dari kiri) bersama tokoh agama lainnya meletakkan bunga di dekat Bataclan Theatre. Paris, Ahad (15/11).
Foto: EPA/LAURENT DUBRULE
Tokoh Islam Prancis, Imam Hassen Chalghoumi (kedua dari kiri) bersama tokoh agama lainnya meletakkan bunga di dekat Bataclan Theatre. Paris, Ahad (15/11).

REPUBLIKA.CO.ID,nJAKARTA -- Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI, Rofi Munawar mengutuk keras insiden peledakan bom dan aksi penembakan yang terjadi di sejumlah tempat publik di Paris, Prancis, Jumat (13/11). Jika selama ini aksi terorisme lebih banyak menyasar objek vital dan strategis sebuah negara, namun yang terjadi di Paris malah berada di ruang publik, tempat di mana banyak orang terlibat.

Rofi menyatakan mengutuk keras peristiwa tersebut dan senantiasa berharap agar pemerintah serta rakyat Prancis bisa melewati masa-masa sulit ini dengan sikap dan respons terbaik. "Untuk kesekian kali, betapa aksi kekerasan telah terjadi di ruang publik dalam skala yang massif dan tersistematis yang telah mengakibatkan banyak korban jiwa,” jelas Rofi di Jakarta, Ahad (15/11). (Baca Juga: Indonesia Dianggap Perlu Berlakukan Travel Warning Sementara ke Paris)

Rofi pun meminta kepada Pemerintah Indonesia menginventarisasi potensi jatuhnya korban jiwa dari pihak WNI. Mengingat kejadian ini telah menewaskan banyak orang. Menurutnya, pemerintah Indonesia harus secara aktif dan responsif membangun komunikasi dengan pemerintah Prancis, agar dapat dilakukan penanganan serta evakuasi segera,” tambah politisi PKS dari daerah pemilihan Jawa Timur VII ini.

Serangan teroris Paris ini memberikan pesan untuk secara serius menentang segala bentuk kekerasan yang telah mencederai nilai-nilai kemanusiaan. Di antaranya, mendorong dialog dan membangun komunikasi yang baik antar negara sebagai salah satu formula usaha preventif mencegah terorisme terjadi kembali. (Baca Juga: Muhammadiyah Anggap Respons Masyarakat Atas Teror Paris Masih Terukur).

Komunikasi antar negara dalam menanggulangi terorisme tidak bisa lagi hanya mengandalkan satu jalur (single track) negara antar negara (G to G). Namun juga jalur non militer atau formal  (multi track).

“Peristiwa ini tidak bisa disimpulkan secara sederhana, karena sesungguhnya proses identifikasi motif kekerasan serta pelaku memerlukan penelusuran yang serius dari berbagai pihak. Jikapun saat ini apa yang tampak secara sekilas dan banyak diperbincangkan publik menunjukan simbol dan identitas tertentu, tentu saja tidak dapat serta merta menjadi sebuah alasan bahwa itu sudah pasti dilakukan berdasarkan nilai-nilai keyakinan itu,” jelas Rofi.

Dia berharap Pemerintah Perancis segera melakukan kanalisasi isu dan mencegah dampak konflik yang lebih besar. Mengingat respons yang salah serta berlebihan akan sangat kontraproduktif untuk menciptakan perdamaian yang diharapkan.