REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi V kecewa pada saat meninjau proyek pembangunan jalur rel kereta api yang diperuntukkan mengangkut batu bara dari Muara Enim ke Pulau Baai Bengkulu.
Pasalnya, saat tim komisi V sudah berada dilokasi proyek tersebut, tidak ada satupun perwakilan dari PT.KAI yang mendampingi.
"Kita ingin mengetahui progres perkembangan lebih lanjut mengenai proyek pembangunan rel kereta tersebut, padahal proyek ini sudah masuk kedalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional" kata Wakil Ketua Komisi V Yudi Widiana Adia saat meninjau lokasi pembangunan rel kereta di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu, Senin (21/3)
Ia menambahkan, dalam Perpres ini disebutkan, Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau badan usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
Jadi, menurut politisi F-PKS ini, pembangunan rel kereta ini seharusnya sudah menjadi prioritas pemerintah, tapi kenyataan dilapangam belum ada sama sekali pembangunan relnya.
Selain itu, lanjut Yudi, PT KAI ini hampir 60 persen keuntungannya didapat dari Pulau Sumatera ini, yakni dengan mengangkut batu bara. Jika relnya sudah jadi, melalui Pulau Baai ini batu bara akan diekspor.
"Kami di Komisi V sangat mendukung segera terealisasinya rel kereta ini, karena dapat membantu perkembangan perekonomian di Bengkulu. Untuk itu, kami perlu meminta penjelasan kepada dirjen PT. KAI, kapan bisa segera merealisasikannya, kalau perlu akan kami tanyakan saat raker dengan Menhub," tanyanya sambil memantau pembangunan rel kereta yang belum terlihat progresnya.