REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daerah perkotaan masih menjadi daya tarik para dokter untuk berpraktik. Anggota Komisi IX DPR RI Andi Fauziah Pujiwatie Hatta menilai ini sebagai persoalan klasik. Ironis, ketika jumlah dokter melimpah, tapi daerah pedesaan kekurangan dokter.
Jumlah lulusan dari fakultas kedokteran di Indonesia begitu melimpah setiap tahun. Persoalannya selalu distribusi dokter yang tidak merata untuk memberi layanan kesehatan kepada masyarakat pedesaan. Ichi-sapaan akrab politisi Partai Golkar ini- mengatakan, wilayah perkotaan masih tetap menjadi pilihan para dokter. Di kota para dokter bisa lebih mengembangkan profesinya, selain juga mendapat materi yang cukup banyak.
“Praktik di kota bagi dokter lebih menyenangkan. Selain pasiennya banyak, juga mendatangkan materi yang cukup. Hal ini diakui oleh banyak dokter dari teman-teman saya,” ujar Ichi, sebelum mengikuti rapar paripurna DPR, Rabu (6/4).
Fenomena ketimpangan seperti ini, sambungnya, belum teratasi oleh pemerintah hingga sekarang. Pemerintah sendiri menargetkan rasio yang ideal untuk pemerataan tenaga dokter. Rasionya adalah 1:2500, atau 1 dokter untuk 2500 orang. Di luar negeri rasionya 1:1000. Bahkan, pemerintah juga merilis rasio terbaru, yaitu 41:100.000. Dengan asumsi penduduk Indonesia sekitar 255,4 juta jiwa, maka Indonesia membutuhkan 104.739 tenaga dokter. Menurut Ichi, rasio 41:100.000 belum ideal. Mungkin yang lebih ideal sekitar 30:100.000.