REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gagasan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy terkait sekolah sehari penuh atau Full Day School (FDS) di tingkat pendidikan dasar, yakni SD dan SMP menuai pro dan kontra. Wakil Ketua Komisi X DPR Sutan Adil Hendra meminta, perlu ada pertimbangan terhadap hak bermain anak-anak. Jangan sampai, kata dia FDS merampas hak bermain anak-anak.
“Saya minta implementasi sistem ini harus di dahului dengan kajian yang utuh, jangan parsial dan prematur seperti sekarang. Pikirkan juga peran orang tua jika kebijakan ini jadi diterapkan, termasuk masalah dukungan anggaran dan sarana prasarana dari perubahan ini," ujar Sultan, Rabu (10/8).
Sutan menambahkan, jika kebijakan ini diterapkan, akan mengurangi interaksi anak dengan orang tuanya, termasuk waktuuntuk mengaji yang biasanya dilaksanakan pada sore hari. Ia juga khawatir, kebijakan ini akan membebani orang tua karena harus memberi uang saku lebih kepada anak. Sebab, tidak semua orang tua dikategorikan mampu.
“Bagaimana dengankonsumsi anak saat siang atau sore hari, apakah orang tua bisa selalu memberikan uang saku lebih atau bekal. Mengingat kita juga tahu, banyak anaksekarang yang tidaksarapan pagi karena orang tuanyakurang mampu,” kata dia Sutan.
Politisi asal dapil ini pun memberi contoh, sistem pendidikan di negara maju justru memberi ruang bagi anak-anak untuk bermain mengembangkan kreativitas dan imajinasi masa kecilnya. Untuk itu, sebagai mitra kerja dari Kemendikbud, Sutan meminta agar Mendikbud mengkaji secara mendalam dan menyeluruh mengenai gagasan ini. Apalagi, Sutanjuga mendapat aspirasi dari kalangan akademisi dan praktisi pendidikan di Jambi terkait gagasan yang sudah disampaikan Mendikbud kepada Wakil Presiden ini.
“Finlandia saja yang di anggap memiliki sistem pendidikan dasar terbaik di dunia jam sekolah saja hanya sekitar 5 jam tanpa harus di bebani tugas yang menyiksa peserta didik,” imbuhnya.
Menteri Muhadjir Effendy sebelumnya menyampaikan gagasan full day school untuk pendidikan dasar yaitu SD dan SMP untuk sekolah negeri dan swasta. Gagasan ini diajukan agar anak memiliki kegiatan di sekolah dibanding berada sendirian di rumah ketika orang tua masih bekerja. Menurut Muhadjir, menambah waktu anak di sekolah membuat siswa bisa menyelesaikan tugas dan mengaji hingga dijemput orang tua usai jam kerja.
“Dengan sistem full day school ini secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orang tua mereka masih belum pulang dari kerja,” kata Muhadjir.