REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebanyak 5.221 mahasiswa baru (maba) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya secara resmi dikukuhkan menjadi bagian dari keluarga besar kampus perjuangan di Grha Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (23/8). Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohammad Farid Alfauzi, selalu alumnus ITS yang berhasil berkiprah di dunia politik menghadiri acara pengukuhan ini.
Bagi slumnus Jurusan Teknik Kimia itu, masuk ITS bukanlah hal mudah. Tentu membutuhkan banyak perjuangan. Sama halnya, keluar dari ITS pun butuh perjuangan. “Saya masuk ITS tahun 1988, lulus tahun 1996. Betul-betul butuh perjuangan,” ungkapnya sambil tertawa.
Menurut Farid, setiap maba ITS merupakan mahasiswa-mahasiswa cerdas yang berhasil mengalahkan ribuan siswa lainnya. Namun, saat ini, persaingan yang akan mereka hadapi telah berubah. Setelah memasuki ITS, persaingan yang akan mereka hadapi tak lagi dengan saingan yang dulu. Melainkan pesaing antar negara.
Persaingan internasional saat ini merupakan hasil dari berbagai kerjasama internasional Indonesia dengan berbagai negara asing. Terdapat berbagai kerjasama tingkat ASEAN, Asia, maupun tingkat dunia. Tak ada lagi sekat pemisah antar negara yang membuat keterbukaan satu sama lain. Hal inilah yang menjadi bibit bibit persaingan tingakat internasional, termasuk persaingan antar mahasiswa.
Diterangkan pria yang pernah menjabat sebagai ketua senat Fakultas Teknologi Industri (FTI) itu, agar siap bersaing secara global, setiap mahasiswa harus unggul dalam hardskill dan softskill. Pun demikian, mahasiswa ITS juga harus menjadi manusia yang berkinerja tinggi dan memiliki kecerdasan emosional.
Selain itu, Farid juga menekankan pengembangan kepemimpinan bagi setiap mahasiswa ITS. Ia sangat bangga dengan lulusan ITS yang telah menjadi pimpinan pimpinan perusahaan besar seperti Dwi Soetjipto yang memimpin Pertamina dan Muhammad Arif Wobowo selaku Direktur Utama Garuda Indonesia, serta Agus Rahardjo sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Rektor ITS, Joni Hermana menyebutkan ITS tidak hanya mencetak sarjana yang pintar, namun juga mendorong mereka menjadi manusia-manusia yang berakhlak dan berintegritas. “Kami ingin mencetak sarjana yang sadar menjadi agen bangsa, yang dapat mengantar Indonesia menjadi negara yang bermartabat,” ujarnya.