REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Anggota Komisi IV DPR RI, Gde Sumarjaya Linggih meminta masyarakat dan pemerintah daerah di Bali untuk mewaspadai minuman oplosan. Minuman tersebut beredar terutama memanfaatkan momentum hari besar keagamaan.
"Kalau minuman tradisional mungkin bagus tetapi kalau ada oplosan apalagi menjelang Galungan dan Kuningan, ini (oplosan) sangat berkembang," katanya saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk penegakan regulasi menjamin peredaran pangan aman, bermutu dan bergizi di Universitas Ngurah Rai, Denpasar, Sabtu (3/9).
Wakil rakyat dari komisi yang salah satunya membidangi terkait pangan itu mengimbau masyarakat untuk tidak menenggak minuman oplosan menyemarakkan hari raya. Sementara itu Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Bali, Endang Widowati ditemui dalam semnar yang sama mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan uji laboratorium di produsen rumahan minuman tradisional dan hasilnya aman.
Masalahnya, minuman oplosan diduga dicampur dengan bahan kimia berbahaya lain saat proses distribusi. "Saat dalam proses distribusi dioplos dengan bahan macam-macam," katanya.
Beberapa kasus minuman keras oplosan menggunakan bahan kimia berbahaya di antaranya metanol yang bisa menjadi bahan bakar. Sedangkan etanol merupakan alkohol yang bisa dikonsumsi oleh tubuh artinya bisa diminium masyarakat dan untuk etanol yang nonkonsumsi karena digunakan untuk bahan kosmetik, cat dan obat.