REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR Rofi Munawar menilai, program elektrifikasi masih belum tercapai dan diversikasi energi belum berbasis energi Hijau. Hari Listrik Nasional harus menjadi momentum peningkatan elektrifikasi nasional guna meningkatkan daya saing.
''Hari listrik seharusnya menjadi momentum bagi PLN secara konsisten meningkatkan kecukupan pasokan listrik, pengenaan tarif listrik yang berorientasi kepada kemampuan masyarakat dan keseimbangan penggunaan batubara, gas, energi terbarukan serta konservasi energi,'' ucap Rofi, di Jakarta, Kamis (27/10). Rofi beralasan, program listrik 35 ribu MW yang dijagokan Pemerintah dalam mengentaskan kekurangan listrik secara faktual jauh dari target yang telah ditargetkan. Program ambisius terkendala pada masalah teknis dan non teknis dalam prosesnya.
Ia khawatir, realisasi program 35ribu MW akan lebih buruk nasibnya dibandingkan program 10 ribu MW. Menurutnya, beragam peresmian yang dilakukan harus diiringi dengan komitmen menyelesaikan projek tersebut hingga akhir, agar tidak mangkrak.
Rofi juga memandang, komitmen pemerintah dalam mengeksplorasi sumber listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) belum maksimal. Ini terbukti dari angka yang masih sangat rendah dalam komposisi energi mix dibandingkan fosil dan batubara. ''Bukti bahwa pemerintah lebih mengejar pertumbuhan listrik secara instan, dibandingkan mendorong energi hijau yang lebih berkelanjutan,'' jelasnya.
Pemerintah menurunkan target porsi bauran pembangkit listrik dari sumber energi baru terbarukan (EBT), dan menggantikannya dengan gas bumi dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Tahun 2016-2025. Meskipun porsi batubara berubah menjadi 50 persen dari semula 55,5 persen. ''Tapi porsi EBT turun menjadi 19,6 persen dari semula 25 persen dan untuk gas meningkat menjadi 29,4 persen dari semula 24,3 persen,'' ungkap dia.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan tahun ini rasio elektrifikasi atau akses listrik secara nasional mencapai 90 persen. Padahal, rasio elektrifikasi Indonesia secara nasional pada tahun 2015 ditargetkan sekitar 87,4 persen dan realisasinya di angka 88,5 persen.