Setnov: Serangan Gas Beracun di Suriah Luar Akal Sehat

Rabu , 05 Apr 2017, 15:00 WIB
Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.
Foto: DHA-Depo Photos via AP
Ahli dari Turki mengevakuasi korban diduga karena serangan senjata kimia di Idlib, Suriah ke RS setempat di Reyhanli, Turki, 4 April 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan gas beracun di Suriah mengejutkan masyarakat internasional termasuk Indonesia. Serangan yang menewaskan sedikitnya 58 orang itu membuat konflik di negara pimpinan Presiden Bashar al Assad semakin memprihatinkan.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Setya Novanto mengatakan kondisi di Suriah adah pemandangan yang tidak pantas dan di luar nalar akal sehat dan kemanusiaan. "Apalagi serangan menggunakan senjata kimia yang notabenenya merupakan instrumen yang menjadi polemik beberapa dasawarsa belakangan ini," kata dia dalam pernyataan, Rabu (5/4).

Rusia Klaim Serangan Kimia Suriah Berasal Gudang Oposisi

Senjata yang begitu cepat dan mudah memusnahkan warga secara massal sedikitpun tidak menyisakan perikemanusiaan. Menurutnya tidak ada argumentasi politis yang bisa mensahkan penggunaannya.

"Kepentingan kemanusiaan telah hilang signifikan bagi mereka yang melakukan aksi tersebut," kata dia. Ratusan warga yang tewas dan terluka tidak sepadan dengan kepentingan apapun yang melatarbelakanginya.

Serangan gas ini terjadi di Kota Kecil Khan Sheikhoun, Provinsi barat laut Idlib, Suriah. Kementerian Luar Negeri Suriah pada Selasa (4/4) menyatakan militer Suriah tak memiliki senjata kimia jenis apa pun.

Novanto mengatakan dunia Arab dan berbagai kepentingan harus berekonsiliasi mendudukkan persoalan dengan baik demi kepentingan masa depan. Politikus Golkar ini berharap seluruh pihak dan kepentingan yang sedang berkonflik dan berbenturan untuk menahan diri. "Rekonsiliasi adalah sebuah upaya yang tidak lagi bisa ditawar-tawar dalam suasana dan kondisi Dunia Arab pasca Arab Spring," kata dia.

Selain itu, berbagai komentar provokatif dan tuduhan satu sama lain tentang siapa yang bertanggung jawab atas aksi-aksi kekerasan harus segera dihentikan demi menjaga suasana yang lebih sejuk dan tenang. Setnov menilai beberapa kejadian tak mengenakan bukan awal dan akhir jika semua pihak yang berkonflik tidak mampu mendialogkan kepentingan, apalagi saat semua pihak tersebut saling "mengunci" kepentingan satu sama lain.

"Sebagai Ketua DPR RI, saya juga berharap diplomasi Indonesia yang saat ini berlangsung demi kepentingan perdamaian Dunia Arab dan sekitarnya, tidak pernah kendur," kata dia. Setnov menilai Indonesia bisa berada di garis terdepan untuk memberi solusi dan berperan aktif dalam usaha-usaha perdamaian.