'Indonesia Hanya Bermodal Pistol Air untuk Perangi Narkoba'

Kamis , 13 Jul 2017, 20:43 WIB
Anggota Dit Narkoba Polda Metro Jaya memeriksa paket-paket sabu yang gagal diselundupkan di Dermaga eks Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten, Kamis (13/7).
Foto: Antara/Asep Fathulrahman
Anggota Dit Narkoba Polda Metro Jaya memeriksa paket-paket sabu yang gagal diselundupkan di Dermaga eks Hotel Mandalika, Anyer, Serang, Banten, Kamis (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI Nasir Djamil prihatin dengan peredaran narkoba di Indonesia. Menurut dia, peredaran barang haram di Indonesia itu bukan bisnis semata.

Narkoba dinilai memang ingin menghancurkan bangsa Indonesia terutama generasi mudanya. Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini Nasir menyebut pada 2016 tercatat ada 250 ton sabu-sabu yang masuk dari Cina ke Indonesia. Namun dia menduga masih ada lagi yang tidak tercatat dan angkanya jauh lebih besar.

Nasir menyangkan sikap Presiden Republik Indonesia yang selalu menggaungkan perang terhadap narkoba, namun tidak terlihat jelas implementasinya. "Jadi ibaratnya, Presiden menyeru jajaran narkoba, baik BNN, pihak kepolisian untuk memerangi narkoba hanya dikasih pistol air. Harusnya kan, kalau benar-benar perang itu seperti diberi peralatan canggih tapi ini tidak," kata dia saat dihubungi lewat telepon, Kamis (13/7).

Akibat ketidakseriusan itu, Indonesia benar-benar tidak berdaya terhadap gempuran narkoba. Apalagi, pola jaringan pengedar narkoba itu sangat tetutup. Maka Nasir tidak heran apabila narkoba berulang kali masuk ke Indonesia.

Dia meminta Jokowi memberikan bekal maksimal kepada BNN dan juga polisi. Nasir menilai, saat ini kesiapan perang terhadap narkoba tidak ada apa-apanya. Bahkan BNN baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota, tidak memadai baik dari segi pendanaan, organisasi, hingga kewenangannya. "Jadi kita ini benar-benar seperti orang buta menghadapi bandar narkoba," kata Nasir.

Dengan kondisi seperti itu, para bandar dan pengedar narkoba tidak pernah takut dengan BNN dan juga kepolisian. Apalagi, kata dia, bisnis tersebut sangat menggiurkan karena uangnya besar. Tidak hanya itu, mereka juga tidak takut dengan risiko mati sekali pun.

Nasir mengatakan untuk melawan narkoba tidak ada jalan lain selain memperketat serta mengawasi pintu-pintu masuk terutama jalur laut dan darat. Sayangnya, Indonesia tidak memiliki aparat untuk menjaga 24 jam pintu-pintu tersebut. "Kita 'menyerah' dengan karakteris geografis Indonesia karena kita tidak sanggup menghadang narkoba masuk ke negeri ini," ujar politikus asal Aceh itu. 

Seperti diberitakan sebelumnya, tim gabungan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan Polresta Depok menggagalkan penyelundupan satu ton sabu di Anyer, Banten, Jawa Barat. Sabu dibagi ke dalam dua mobil yang masing-masing berisi 27 dan 24 kotak. Satu kotak diperkirakan memiliki berat kotor 20 kilogram sehingga total mencapai 1.000 kilogram.

Tim gabungan bekerja sama dengan Kepolisian Taiwan dalam penyergapan ini. Sebelumnya, tim telah melakukan penyelidikan sejak Juni.