REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua Tim Kunjungan Kerja Melchias Markus Mekeng menyayangkan tingkat kemiskinan di NTT mencapai sekitar 22 persen.
Padahal, menurut dia, pertumbuhan ekonomi di NTT sudah bagus hampir menyamai pertumbuhan ekonomi tingkat nasional yaitu sebesar 5,18 persen.
"Jangan sampai pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh para penguasa saja, tetapi rakyat kecil tidak merasakan," ujar politikus Golkar, dalam siaran persnya, Senin (7/8).
Melchias mengatakan peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT harus didasarkan pada peningkatan produktivitas di sektor pertanian dan perikanan. Sebab, produk domestik regional bruto (PDRB) NTT sebanyak 30 persen berasal dari dua sektor itu. Dia juga menyampaikan jika gini rationya melebar antara si kaya dan si miskin, maka pada akhirnya APBN tidak akan tercapai.
"Kita juga akan melihat apakah ada kebijakan-kebijakan daerah yang bertentangan dengan kebijakan pusat, dan uang-uang APBN benar-benar sampai ke tangan masyarakat, jika sampai ke tangan masyarakat akan bisa memperbaiki taraf kehidupan masyarakat," kata dia.
Melchias berharap agar anggaran yang ada itu diprioritaskan ke satu sektor, dan tidak difokuskan ke semua sektor, karena itu akan menjadi terpecah-terpecah jika difokuskan ke semua sektor dan tidak akan membawa dampak, "Jadi kita meminta agar lebih prioritas," kata dia.