REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Herman Khaeron yang juga Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Kepulauan Riau mengatakan, penurunan kebutuhan energi di Batam disebabkan banyaknya pabrik atau industri yang sudah tutup. Salah satu industri yang tutup adalah docking atau perkapalan.
“Khususnya di industri perkapalan ini memang menurun drastis untuk seluruh kebutuhan energi. Sebanyak 120 ribu tenaga kerja sudah keluar dari Batam sehingga sangat situasional dan harus dihitung ulang secara cermat bagaimana juga terhadap kebutuhan energi yang mempengaruhi terhadap nilai pendapatan korporasi,” ujar Herman di Batam, Kepri, Ahad (28/4).
Herman mengatakan PLN di Batam yang dulu tumbuh antara tujuh sampai delapan persen, sekarang pertumbuhannya hanya 1,7 persen. Untuk gas di PGN pun menurun. Biasanya pertumbuhan mencapai tiga sampai empat persen saat ini turun sekitar satu sampai dua persen.
Hal itu mempengaruhi terhadap kebutuhan atau permintaan energi lainnya, termasuk juga Pertamina yang mengalami hal serupa. Penurunan ini jika dibandingkan dengan tahun 2016 dan 2017 yang juga turun, artinya ada gejala sejak 2016 itu terjadi penurunan pertumbuhan di sektor energi.
“Saya kira penurunan permintaan itu bukan karena persoalan turun permintaan atau konsumennya. Tetapi menurut saya ini dipengaruhi pertumbuhan di PLN yang minus, dan pertumbuhan di PGN yang juga menurun. Saya kira ini juga sejalan dengan turunnya pertumbuhan di Pertamina,” ujar politikus Partai Demokrat itu.
Herman menambahkan, perhitungan kebutuhan energi harus lebih tepat. Jangan sampai daerah yang secara linear terjadi penurunan, tetapi kuotanya dialokasikan sebesar kuota pada waktu kebutuhannya memuncak.
“Ini akan anomali dengan daerah lainnya yang betul-betul kekurangan. Tetapi di daerah ini permintaannya turun, malah kita berlebih pemenuhan terhadap energi di daerah-daerah terluar, terdepan, dan terpencil,” ujarnya.