REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi I DPR RI Asril Hamzah Tanjung menerima Menteri Bidang Pengelolaan Perlengkapan Pertahanan atau Defense Acquisition Program Administrations (DAPA) Korea Selatan Jeon Jei Guk. Pertemuan tersebut membahas kerja sama di bidang pertahanan, khususnya industri pembuatan alutsista.
“Pertemuan ini sangat penting karena ada dua proyek pembuatan alutsista kita, yaitu pembuatan I kapal selam dan pesawat tempur IFX/KFX. Nah, ada keterlambatan dalam kerja sama ini, karena itu ingin kita tindak lanjuti,” ujar Asril usai menerima Jeon Jei Guk dan jajaran di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (3/4).
Asril menjelaskan, kerja sama pembuatan jet tempur KF-X/IF-X Indonesia-Korsel adalah program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X generasi 4.5 yang ditawarkan Pemerintah Korsel kepada Pemerintah RI untuk dikembangkan bersama. Program ini dimulai pada 2011 dengan jangka waktu 10 tahun.
Namun, ditengah perjalanan kerja sama sempat tertunda, dengan alasan belum adanya persetujuan anggaran dari Parlemen Korsel. Menurut Asril, ada dugaan kuat bahwa penundaan tersebut terkait kekhawatiran negara lain bila KF-X/IF-X berhasil, maka akan jadi pesaing bagi pesawat sejenis dengan buatan negara lain, namun harganya lebih murah.
“Tadi sudah kita tanyakan hal tersebut, dan Menteri Pertahanan Korsel menyampaikan komitmennya mengejar ketertinggalan yang kemarin karena kita juga tidak ingin teknologi ini menjadi out of date,” ujar politikus Partai Gerindra itu.
Asril menambahkan, terkait pengadaan alutsista kapal selam, saat ini Indonasia telah menerima Kapal Selam Jenis U-209 KRI Nagapasa-403, sedangkan KRI Alugoro-405 pembuatannya dikerjakan di Indonesia, kerja sama dengan PT PAL Indonesia Persero dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan. Kapal selam ketiga, KRI Ardadedali-404 dalam operasi penyebarangan menuju Indonesia dan direncakan tiba di Armatim Surabaya pada 15 Mei 2018.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komisi I DPR RI Satya Yudha berharap, kerja sama tersebut disertai dengan alih teknologi ke Indonesia, dengan melibatkan perguruan tinggi dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) agar kelak Indonesia dapat mencapai kemandirian dalam pengembangan alutsista.
“Kita dengan Korsel sudah berhasil melakukan kerja sama antara PT PAL dan PT DSMI dengan melibatkan Institut Teknologi Surabaya sebagai tenaga ahli. Untuk mengembangkan kerja sama tersebut, kita ingin tidak hanya dinikmati Korsel sebagai penjual, tetapi juga kita bisa menerima transfer teknologi dari mereka,” ujarnya.
Menteri DAPA Korea Selatan Jeon Jei Guk mengatakan, kerja sama industri pertahanan Indonesia-Korsel berada di tingkat paling atas, karena terkait sistem pertahanan negara. Ia berharap, program pengembangan teknologi pesawat tempur dapat terus berlanjut pada tiap periode pemerintahan. Mengingat, kedua negara telah menjalin kerja sama di bidang keamanan lebih dari 30 tahun.