REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-aksi teror Mako Brimob dan bom bunuh diri (bomber) oleh dua keluarga di Surabaya, kembali polisi mengamankan satu keluarga diduga teroris di Surabaya. Polisi juga menangkap 13 orang diduga anggota JAD (Jemaah Ansarut Daulah) oleh Densus 88 di Jakarta, kemarin.
Pernyataan keras pun dilontarkan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah dengan menyebut kalau sejumlah aksi teror dan yang tertangkap adalah orang gila. Dia menilai mereka rela menjual nyawa keluarga dan bangsa sendiri demi melayani birahi penggiat perang yang mendapatkan keuntungan rupiah dan dolar dari tumpahnya darah.
"Orang yang lebih gilanya itu ada di pucuk pimpinan mereka, yang memerintahkan perang, dan menyiapkan regulasi bagi peperangan. Ada juga yang menjadi robot yang menyiapkan diri untuk kematian yang konyol. Siapa yang salah? Yang penting kita jangan jadi korban!" kata Fahri dalam pesan singkatnya yang diterima wartawan, Rabu (16/5).
Betulkah mereka (pelaku teror) robot? “Di sini saya menceritakan robot lain, dimana suatu hari George Bush Jr menyerang Iraq dan membunuh Saddam Husen, serta membuat perang sipil dan pengungsian yang mengorbankan jutaan jiwa dengan alasan fiktif: "weapon of mass destruction" dan "crusade" (senjata pemusnah massal dan perang salib),” tambahnya.
Lantas ia bertanya, apakah fiksi George Bush JR soal "weapon of mass destruction" dan "crusade" itu sudah dihentikan, dan apakah nyawa jutaan manusia akibat fiksi perang kaum ultra kanan bisa dilupakan dan sudah terbayar? Apakah rakyat Indonesia bisa menghentikan khayalan orang sakit jiwa alias gila?
"Indonesia, adalah bangsa yang memandatkan ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial ini. Maka dari itu, Indonesia bukan tempat para orang gila (sakit jiwa) atau orang-orang gagal yang ingin selalu mencari alasan mencipta kehancuran, tapi membangun pencitraan. Indonesia akan melawan sakit jiwa kalian," ujarnya.
Pikiran ini, menurut dia adalah pikiran para pendiri bangsa. Karena itu jika ada yang tidak paham, maka memanglah bukan dia yang layak di depan. Indonesia ini raya, tempat benih kebaikan agama dan negara dipersatukan, tempat timur dan barat bercumbu menemukan cintanya yang sejati, khalifah Bumi.
"Minggirlah yang tak sanggup. Amanah ini berat. Biarkan yang lain yang punya pikiran dan yang sanggup memikul beban. Ada yang ingin mengalihkan perhatian. Kegagalan negara ingin dikompensasi dengan perang. Akal sehat kita berkata tidak!" katanya.
"Kita punya jalan sendiri, akal sehat kita dan jiwa kita yang tenang. Bahwa kita punya jalan kehidupan. Amanah ini harus menjadi visi peradaban Pancasila kita. Menuju dunia yang damai dan tenang. Maka kita menolak meregulasi perang. Kita meregulasi kehidupan," kata Fahri.
Bahkan, ujar politikus asal Nusa Tenggara Barat (NTB) itu, Indonesia ini bukan saja tidak boleh jadi korban, tetapi harus menjadi penemu jalan baru bagi perdamaian dan dunia yang aman, yang hakiki. Maka, rakyat Indonesia tidak boleh ikutan, apalagi mengikuti jejak kebodohan dan kekalahan.
"Kita punya jalan sendiri. Bismillah, ini harapan menjelang Ramadhan. Tapi jika kalian tetap ingin menulis dalam aturan bahwa agama dan simbol nya adalah perkakas perang, maka aku akan melawan. Aku berdoa agar Tuhan membuat perhitungan dengan kalian. Semoga Ramadhan mendatangkan kesadaran," ujarnya.