REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA--Pemimpin Muhammadiyah dinilai perlu memahami konten dan konteks perkembangan zaman. Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Asep Purnama Bahtiar, mengatakan konten yang dimaksud adalah Islam dan idealismenya. Sedangkan konteks tersebut menyangkut perkembangan zaman yang harus direspon oleh konten.
Dari kriteria itu, ujarnya, seorang pimpinan harus berkemampuan di atas rata-rata. Kriteria tersebut pun membuat pencarian pemimpin tidak mudah lantaran menyangkut akhlak dari yang bersangkutan. ''Muhammadiyah sebagai organisasi di dalamnya ada kepemimpinan dan jamaah sehingga pemimpin harus di atas rata-rata. Posisi pemimpin tidak bisa main-main lagi,'' katanya di Yogyakarta, Selasa (29/6).
Pengamat politik UMY lainnya, Bambang Cipto, mengharapkan Muhammadiyah dapat konsisten, netral, dan tidak bisa diintervensi. Diungkapkannya, pada 2014 mendatang, organisasi Islam akan menjadi rebutan kepentingan partai politik. ''Karena jadi rebutan, harus ada pimpinan yang kuat dan luwes. Dia tidak bisa diintervensi tetapi bisa berdialog dengan santun,'' ujarnya.
Bambang menambahkan, tantangan ke depan juga akan menyangkut dengan moralitas. Hal ini membuat, penyediaan infrastruktur saja tidak cukup untuk menanganinya. ''Sekadar penyediaan rumah sakit tidak akan cukup menghadapi problem moralitas, sehingga perlu dipikirkan bagaimana Muhammadiyah dapat menjadi kekuatan moral. Muktamar harus melahirkan gagasan-gagasan untuk menghadapi itu,'' cetusnya.