REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Belakangan ini banyak inisiatif dilakukan pihak swasta untuk mendorong manusia mencari alternatif kehidupan di ruang angkasa.
Salah satu tujuannya adalah ke Planet Mars. Bagaimana hukumnya melakukan perjalanan ke planet merah itu, dengan teknologi seadanya?
Seorang ulama Arab Saudi dilaporkan telah mengeluarkan kritikan atas usaha generasi sekarang untuk bepergian ke Mars.
Seorang anggota dewan ulama Arab Saudi Sheikh Ali al Hemki mengkritik salah satu proyek Mars yang mengorganisasi perjalanan para astronot komersial ke Mars. Kampanye ini telah menarik perhatian 200 ribu orang di seluruh dunia.
Surat kabar Al Hayat baru-baru ini melaporkan, mengutip ucapannya, misi tidak sesuai dengan praktek "tanggung jawab seorang Muslim".
"Percobaan ini akan berbahaya pada diri mereka sendiri yang mencoba, dan kalau bisa harus dilakukan dengan hewan percobaan, bukan manusia," katanya.
"Seorang yang beriman seharusnya tidak harus menceburkan diri ke dalam kebinasaan."
Sementara itu, dari 477 warga Saudi yang mendaftar, hanya enam orang yang dipertimbangkan sejauh ini.
Proyek Mars One belakangan ini gencar dikampanyekan bertujuan untuk menciptakan pemukiman manusia pertama di planet di tata surya kedua terkecil.
Proyek ini akan dilaksanakan seperti layaknya sebuah acara realitas di televisi.
Penonton diberi kesempatan untuk tim mana yang mereka inginkan untuk diluncurkan ke Planet Mars terlebih dahulu.
Mars One mengatakan dana dari hak siar dan sponsor akan digunakan untuk mendanai 6 miliar USD proyek tersebut. Pelamar yang akan terpilih akan mulai latihan tahun 2015.
Pemohon yang berhasil harus mengucapkan selamat tinggal ke Bumi selamanya. Kru pertama yang terdiri dari empat orang diharapkan untuk memulai perjalanan selama tujuh bulan ke Mars pada tahun 2022.