REPUBLIKA.CO.ID, Tidur dengan kipas angin atau AC memang menyenangkan. Udara panas hilang, tidur pun tenang. Betul tidak? Jangan girang dulu. Ternyata, aktivitas ini menimbulkan risiko yang lebih tinggi jika terjadi pada orang tua dan orang yang memiliki masalah terhadap pernapasan.
Jika tubuh terkena kipas listrik atau AC terlalu lama akan menyebabkan tubuh kehilangan air dan hipotermia. Selain itu juga dapat menyebabkan kematian akibat peningkatan kejenuhan konsentrasi karbon dioksida dan penurunan konsentrasi oksigen.
Dari tahun 2003-2005, ada sebanyak 20 kasus kematian yang terjadi akibat menyalakan kipas listrik dan AC pada saat tidur. Meski ada dugaan lain dari kalangan medis, bahwa kasus kematian yang dilaporkan tersebut memiliki penyebab lain, seperti minum yang berlebihan atau kondisi jantung tidak terdiagnosis.
Di Korea Selatan ada sebuah kepercayaan yang menyebar luas di kalangan masyarakatnya tentang ‘kipas kematian’ yaitu bahaya yang akan terjadi jika tidur di ruang tertutup dengan menyalakan kipas angin listrik.
Oleh karena itu, kebanyakan kipas angin di Korea Selatan dilengkapi dengan timer sehingga kipas tidak akan menyala sepanjang malam. Kepercayaan tersebut merupakan masalah yang cukup besar sehingga Korean Consumer Protection Board pada tahun 2006 mengeluarkan pernyataan mengenai penggunaan kipas angin ketika tidur, seperti dilansir dari theatlantic.
Untuk mencegah sesak napas karena membiarkan kipas angin dan AC menyala sepanjang malam, pasang timer 15-30 menit saat mulai beranjak tidur. Selain itu arah angin pada kipas harus diputar agar angin yang menarah ke tubuh kita tidak terlalu besar.
Kalau memang bisa tidur karena terlalu gerah, menyalakan kipas angin dengan keadaan pintu kamar yang dibiarkan terbuka. Tujuannya adalah untuk menghindari kejenuhan karbondioksida dalam ruangan dan sirkulasi udara dapat berfungsi dengan baik.