REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kanker payudara menempati urutan pertama penyakit berbahaya di antara kanker lainnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan, angka tumor atau kanker mencapai 26 kasus dari 100 ribu wanita.
Menurut ahli onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Dharmayanti Francisca Badudu, hingga kini belum ada catatan terpadu untuk mengetahui secara valid berapa jumlah penderita kanker di Indonesia dan di Jawa Barat pada khususnya.
"Kita belum memiliki sistem registrasi penderita kanker seperti dari data population based sensus penduduk," kata Dharmayanti saat pertemuan Forum Onkologi Bandung (FOB) ke VI di Bandung.
Selain tak ada data dari sensus atau population based, masyarakat juga terbiasa berobat sendiri-sendiri tanpa melalui RS atau puskesmas. Sebagian besar, masyarakat malu atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan deteksi dini terhadap penyakit mematikan ini.
"Cara untuk mencegah penyakit ini hanya dengan mendeteksi secara dini apakah memang terindikasi kanker payudara atau tidak," ujar Dharmayanti.
Kanker payudara umumnya terjadi karena paparan estrogen. Semakin tua usia seseorang, semakin banyak terpapar hormon estrogen dan peluang terkena penyakit juga semakin besar. Untuk itu, upaya deteksi dini penting dilakukan perempuan sejak berusia 20 tahun.
Pemeriksaan secara dini diantaranya dilakukan dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri sehabis mandi. Gerakan meraba atau memijat lembut lebih mudah karena masih adanya sabun yang menempel di kulit.
Selain itu, hendaknya masyarakat menjaga faktor-faktor resiko yang bisa muncul karena makanan berlemak dan merokok. Perbaikan gaya hidup juga harus dilakukan dengan berolahraga secara teratur.