Ahad 17 Nov 2013 21:35 WIB

Krim Kanker Dicurigai Picu Rasa Sakit Luar Biasa

Red:
Kerusakan wajah akibat krim
Kerusakan wajah akibat krim

VICTORIA -- Meluasnya penggunaan krim penghilang kanker menuai kecurigaan,  menyusul sejumlah pasien mengaku dirinya menderita rasa sakit luar  biasa setelah melakukan pengobatan dengan krim tersebut sampai berniat untuk  bunuh diri.

Pasien yang mengidap kanker kulit dan berusaha menghilangkan penyakitnya dengan menggunakan ALA krim, yang diketahui mengandung obat aminolevulinate, mengaku kepada ABC kalau dirinya merasakan sakit yang tidak terkira selama beberapa hari bahkan dalam beberapa kasus rasa sakit itu dirasakan selama  berminggu-minggu, setelah mencoba pengobatan dengan krim tersebut.

Darryl Bacon, menderita kanker kulit dibagian lengan dan wajahnya akibat lama menjadi supir truk di Queensland. Pada tahun 2008 ia tertarik menjalani pengobatan dengan krim ALA. "Ketika itu Saya memutuskan memakai krim itu dan sekarang saya menyesal,” katanya.

"Siapapun yang berniat memakai obat ini sebaiknya jangan,” sarannya.

Bacon  menderita rasa sakit sehari setelah menggunakan krim, ia mengaku menderita rasa sakit seperti terbakar yang luar biasa sakit. "Jika berdiri di dekat jendela atau di depan pintu, rasanya seperti terbakar. Kulit saya sebelumnya pernah terbakar matahari, tapi rasa sakit akibat krim itu berbeda. Sakit luar biasa,” keluhnya.

Sementara pasien lain, Max Brown, dari Geelong, mengatakan ia mengalami rasa sakit yang sangat luar biasa sakit setelah mendapatkan pengobatan dengan krim kanker kulit itu.  Saking sakitnya, sampai-sampai ia tidak ingin terbangun keesokan harinya.  Brown juga mengaku luka-luka diwajahnya sangat mengerikan sehingga cucunya ketakutan melihatnya.

Peneliti dari Victoria yang menjalankan uji coba klinis krim ini pada tahun 2008 dengan terapi photodynamic mengatakan dia menunda ujicobanya karena laporan rasa sakit yang terkait dengan pengobatan tersebut.

Sejak diujicobakan, aturan mengenai penggunaan krim tersebut telah diperketat dan saat ini krim tersebut hanya bisa dibeli dengan resep dokter dan dipasok oleh apotik peracik tertentu.

Namun sejumlah pasien mempertanyakan apakah penjualan krim itu seharusnya dilarang sama sekali saja.

Asosiasi Bahan obat-obatan (TGA)  mengatakan lembaganya menerima 12 laporan mengenai  beragam reaksi dari penggunaan krim tersebut termasuk kulit melepuh, ruam kemerah-merahan, pendarahan sejak 2010.

Lebih dari 500 orang berusaha terlibat dalam uji coba klinis obat ini namun proses ini distop setelah 140 orang mengajukan tuntutan. 70 diantaranya mendapatkan pengobatan, termasuk 34 diantaranya dirawat di klinik uji coba yang ada di Victoria.

Diperkirakan lebih dari 250 dokter meresepkan ALA di Australia dan lebih dari 6,000 pengobatan didaftarkan diseluruh Australia setiap tahunnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement