REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Himpunan Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia (HOGSI) akan mengadakan pertemuan ilmiah nasional, 10 - 12 Februari, yang akan membahas dua isu terkait Millennium Development Goals (MDG's) yakni penekanan kematian ibu dan bayi.
"Pertemuan ilmiah tingkat nasional yang akan dilaksanakan pada tanggal 10-12 Februari nanti itu akan membahas mengenai angka kematian ibu dan bayi, fokusnya kami kesana karena angka kematian itu masih cukup tinggi," ujar Ketua HOGSI Sulsel dr Leo Prawirodihardjo di Makassar, Kamis.
Ia mengatakan, bukan cuma membahas mengenai kematian ibu dan bayinya tetapi pihaknya juga akan membahas mengenai kebijakan program asuransi yang dikemas dalam program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Leo Prawirodihardjo mengungkapkan dalam pertemuan ilmiah tahunan itu, para profesi dokter kandungan akan membahas terkait langkah strategis untuk target pencapaian MDG's kematian ibu dan bayi pada tahun 2015.
"Materinya adalah lebih kepada, langkah yang harus dilakukan terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi yang terjadi setiap hari, dimana saat ini, angka kematian ibu mencapai 359 dari per 100 ribu angka kelahiran. Ini berbanding dari sebelumnya yang angka kematian ibu 228 per 100 ribu angka kelahiran," katanya.
Direktur RS Ibu dan Anak Sitti Fatimah mengungkapkan, para dokter kandungan serta bidang masa sekarang ini ditantang untuk bisa berkontribusi agar ibu dan bayi dapat terselamatkan ketika akan melalui proses persalinan.
"Bagaimana menurunkan angka kematian, serta pencapaiannya seperti apa dan apa yang harus dilakukan ketika MDG's ini sulit tercapai di tahun 2015," paparnya.
Ia menambahkan pertemuan ilmiah ini, nantinya akan dihadiri oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, serta dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, serta para dokter kandungan sekitar 350 orang peserta.
Leo menambahkan, angka kematian ibu yang cukup tinggi biasanya disebabkan karena ketika persalinan, terjadi pendarahan dan eklemasia, serta terkadang bermasalah pada rujukan yang dia bawa.
"Biasanya keterlambatan penanganan akibat rujukan yang salah dapat menyebabkan kematian pada ibu, bahkan bayinya juga.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel, Rachmat Latief mengungkapkan kalau Sulsel sendiri untuk angka kematian ibu dan bayi sudah mencapai target yang diberikan oleh nasional. Dimana angka kematian ibu, 76 per 10.000 angka kelahiran sedangkan untuk bayi angka kematian 5 dari 1000 angka kelahiran.
"Kami sudah melewati angka nasional yang ada. Kami ditarget sama pemerintah untuk menekan angka kematian ibu dan bayinya dan berkat penanganan yang maksimal, angkanya bisa ditekan," katanya.