REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendengar HIV/AIDS, umumnya orang akan terpikir pada penyakit mematikan yang hingga saat ini belum ditemukan obat penyembuhnya. Tidak sedikit, orang yang teridentifikasi positif HIV/AIDS, menjadi putus asa.
Malah lebih parah, mendapat stigma yang buruk dalam masyarakat. Karena penyakit yang merusak sistem kekebalan tubuh itu dianggap aib. Dalam pemahaman masyarakat, penyakit ini hanya dapat ditularkan melalui hubungan seks saja.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome, merupakan kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah lahir. AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Awalnya, seseorang bisa terinfeksi HIV, yang kemudian berkembang menjadi AIDS.
Tidak hanya itu, rupanya infeksi HIV/AIDS bukan hanya terkena pada populasi kunci. Retapi juga pada populasi umum, termasuk anak-anak.
Data Kementerian Kesehatan, hingga September 2014 setidaknya terdapat 150.296 orang mengidap HIV dan 55.700 orang mengidap AIDS. Sementara jumlah kematian akibat kasus ini mencapai 9.796 jiwa.
Estimasi jumlah Odha (pengidap HIV/AIDS) pada 2012, sekitar 591.823 orang. Angka tertinggi terpusat di Papua, disusul pulau Jawa, Jakarta, dan Bali. Sementara itu, data Kemenkes per-Desember 2009, terdapat 1.280 anak-anak usia 0-18 tahun yang hidup dengan HIV/AIDS.
Kepala Seksi Standarisasi Subdit AIDS dan PMS (Penyakit Menular Seksual), Dr Endang Budi Hartuti, mengatakan bayi yang lahir dari ibu pengidap HIV, 40 persen kemungkinan besar berisiko tertular infeksi penyakit itu.
"Proses penularan HIV pada anak dapat ditularkan sang ibu pada saat dalam kandungan dengan presentase lima persen, 10-15 persen saat melahirkan dan sisanya pada masa menyusui," terangnya.
Akan tetapi, dokter Endang menjelaskan, presentase itu bisa dikurangi jika ibu diberikan obat Antiretroviral (ARV) sejak dini. Agar dapat efektif untuk jangka waktu yang lama, pemakaian obat dilakukan dengan kombinasi tiga macam obat ARV yang berbeda.
Hal ini disebut sebagai terapi Antiretroviral (ART). Obat terapi ARV ini digunakan untuk mengurangi jumlah virus dalam tubuh, sehingga mengurangi kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.