REPUBLIKA.CO.ID, Untuk membantu dokter anak memutuskan kapan sebaiknya meresepkan antibiotik, lembaga American Academy of Pediatrics menciptakan panduan khusus. Ini adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dokter ketika menghadapi anak yang rewel akibat telinganya nyeri.
Memeriksa apakah benar terjadi infeksi
Dikutip dari www.parentsindonesia.com, ada tiga kriteria untuk memastikan hal ini. Pertama, apakah gejala nyeri pada telinga atau demam muncul tiba-tiba (dan bukan berlangsung selama beberapa hari seperti gejala pilek)? Berapa suhu badan anak tidak terlalu berpengaruh. Bahwa anak Anda mengalami demam adalah yang lebih penting.
Kedua, dokter akan memeriksa apakah ada cairan di bagian tengah telinga. Ketiga, apakah ada tanda peradangan seperti gendang telinga yang memerah dan membengkak. Meski terdengar praktis, namun pada kenyataannya tidak semudah itu menemukan ketiga pertanda ini.
Ada anak yang mudah diperiksa, ada juga yang sulit. Adanya kotoran bisa membuat dokter kesulitan memeriksa hingga ke bagian dalam telinga. Pada anak yang demam atau berteriak, gendang telinganya kadang tampak memerah. Namun bagaimanapun, dokter tetap harus yakin bahwa infeksi benar-benar terjadi atau tidak.
Tepat sasaran atasi nyeri
Para orang tua ingin anaknya diberi antibiotik agar cepat sembuh. Pada kenyataannya, memberikan obat pereda nyeri seperti asetaminofen atau ibuprofen pun cukup untuk meringankan rasa sakit. Tak ada salahnya meminta anak meminum obat ini, meski ia sudah mengonsumsi antibiotik. Sebab, efek obat baru akan terasa 2-3 hari kemudian. Obat tetes telinga yang bersifat anestetik juga bisa membantu. Bicarakan dengan dokter Anda apakah Si Kecil perlu mendapatkan obat itu juga atau tidak.
Pertimbangkan untuk menunda memberikan antibiotik selama beberapa hari
Langkah ini kerap disebut “menunggu tetapi tetap waspada”, dan pada kenyataannya memang tidak mudah. Pada anak yang secara umum sehat (tidak seperti anak yang sakit, daya tahan tubuhnya menurun sehingga perlu diberi antibiotik), dokter perlu memertimbangkan beberapa hal sebelum meresepkan antibiotik. Seperti misalnya, berapa usia anak, serta apakah penyakit yang ia derita ringan atau berat.
Jika usia anak itu di bawah 6 bulan, para dokter hampir selalu meresepkan antibiotik. Alasannya: bayi tak dapat mengungkapkan perasaan tak nyaman mereka secara gamblang; memeriksa bagian dalam telinga bayi tidaklah mudah; dan infeksi yang serius bisa jadi terlalu berisiko bagi anak usia dini bila dibiarkan.
Jika anak berusia antara 6 bulan–2 tahun, keputusan dokter bisa mengacu kepada beberapa hal lain. Jika kami yakin anak mengalami infeksi telinga, kami akan meresepkan antibiotik. Namun jika tidak, kami akan memberikan obat untuk meredakan keluhan anak, itu pun jika diiringi gejala demam hingga 39 derajat Celcius atau nyeri tak tertahankan pada telinganya.
Untuk anak usia di atas 2 tahun, para dokter harus lebih hati-hati lagi sebelum meresepkan antibiotik. (Panduan resmi mengatakan antara usia 2-12 tahun, karena infeksi telinga jarang terjadi pada anak usia di atas 12 tahun, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut.) Bahkan jika dokter yakin pasiennya menderita infeksi telinga, ia dianjurkan untuk memberikan antibiotik hanya pada kasus yang benar-benar berat. Jika tidak, sebaiknya dokter memilih langkah “menunggu tetapi tetap waspada”.
Langkah ini baru benar-benar efektif apabila dokter yakin bahwa kondisi anak tidak akan membaik atau justru bertambah parah dalam beberapa hari ke depan, meski diberikan antibiotik. Sebagian dokter mungkin akan membuatkan resep kepada orang tua, sambil berpesan untuk menebusnya hanya jika kondisi anak bertambah parah. Dokter yang lain akan meminta orang tua agar menghubungi rumah sakit atau klinik untuk meminta resep antibiotik, jika anak tak membaik dalam beberapa hari.
Sekilas, langkah-langkah tadi terdengar efektif. Namun, pada praktiknya tidak sesederhana itu. Sebab, tidak semua orang tua dapat memahami kondisi anaknya secara akurat. Sebagian cenderung meremehkan (mungkin karena mereka tak ingin anaknya terlalu banyak mengonsumsi obat), sementara yang lain justru bereaksi berlebihan (akibat terlalu khawatir atau hanya ingin anaknya minum antibiotik). Ini bukan penilaian buta, namun kenyataan yang ada.
Penanganan infeksi telinga yang tepat, menurut saya, menekankan pada dua aspek penting dalam bidang kedokteran. Pertama, hal ini cukup rumit karena melibatkan begitu banyak variabel yang tidak selalu dapat diprediksi. Karena itu, dokter tidak dapat dengan mudah menarik kesimpulan dari gejala-gejala yang ada.
Kedua, ilmu kedokteran sangat tergantung pada kerja tim. Dokter anak bergantung pada orang tua, dan begitu juga sebaliknya. Bagaimanapun, Anda adalah pengasuh utama anak dan yang paling tahu mengenai kondisi mereka, lebih baik dari siapa pun. Kerjasama yang baik antara Anda dan dokter akan memberikan hasil yang maksimal.