REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya, angka penyandang disabilitas di Indonesia memang cukup tinggi. Jika dipersentasekan jumlahnya mancapai 10 hingga 15 persen.
Penanganan kondisi ini juga sangat minim, padahal peralatan yang kita punya cukup memadai. Hal ini dipandang ironis oleh dr Luh Kurnia Wahyuni, SpkFR-K, ia menyatakan, Indonesia adalah negara yang masyarakatnya cukup berisiko mengalami disabilitas.
"Negara kita yang begitu luas dan berjarak dari pulau ke pulau ini, memberikan risiko terhadap terjadinya disabilitas. Selain itu, di negeri kita juga banyak sekali pekerja industri, yang mempertaruhkan nyawanya demi dapat bekerja," kata Luh.
Kecelakaan para pekerja di tempat industri maupun kecelakaan lalu lintas juga cukup tinggi. Sehingga hal ini pula yang turut menyumbang tingginya angka penyandang disabilitas di Indonesia.
"Kecelakaan lalu lintas di sini sangat tinggi, baik pengguna kendaraan bermotor, hingga para pejalan kaki. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penyakit infeksi yang cukup tinggi. Hal ini cukup memperihatinkan, dan kiranya juga perlu upaya pemerintah guna mengatasi kondisi tersebut," lanjutnya.
Jika kondisi ini terus di diamkan, menurut Luh tentunya akan berpengaruh pada tingkat imunitas tubuh masyarakat yang belum bagus. Selain itu, yang lebih ironis ternyata tak hanya karena kecelakaan, disabilitas juga bisa menyerang anak-anak atau bayi yang baru lahir.
"Hal ini berhubungan dengan malnutrisi dan kurangnya vitamin dalam masa tumbuh kembang sang anak, ketika janin berada dalam kandungan sang ibu," ujar Luh.
Sayangnya, kondisi disabilitas yang dialami pada anak-anak menurutnya lebih sulit ditangani. Dikarenakan proses penatalaksanaan yang terganggu dengan masa tumbuh kembang anak tersebut.
Bukan hanya itu, kebanyakan disabilitas juga diakibatkan oleh penyakit kronik akibat faktor degeneratif dan serangan penyakit seperti diabetes maupun kanker. Kebanyakan pasien-pasien tersebut untuk tingkat yang lebih lanjut salah satu anggota badannya banyak yang dikorbankan untuk diamputasi, sehingga menyulitkan mereka untuk melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Untuk itu, Luh mengimbau bahwa faktor-faktor resiko tersebut, kiranya dapat menjadi kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan tubuh dengan melakukan pengobatan melalui latihan fisik maupun alat bantu. Hal ini berguna agar disabilitas, nantinya tidak akan lagi menjadi penghalang seseorang untuk menjalankan aktifitasnya sehari-hari.