REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Sepanjang 2015 sudah ada 2700 kasus bayi dengan mikrosefalus (kepala dan otak yang kecil dan tidak berkembang) di Brasil. Angka tersebut jauh meningkat dibanding 2014 sebanyak 105 kasus.
Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Brazil melaporkan adanya kasus infeksi virus Zika. Pihak kementerian menemukan virus tersebut pada dua ibu hamil dimana bayi dalam kandungannya menderita mikrosefalus. Pada 28 November 2015, kementerian menemukan virus Zika pada jaringan otak bayi yang meninggal dengan mikrosefalus.
Sebelumnya infeksi Zika terjadi di Polinesia Prancis dimana diduga ditemukan 17 bayi dengan gangguan susunan syaraf pusat yang diduga berhubungan dengan infeksi virus Zika ini.
Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan sebagian dokter di Brasil bahkan ada yang sudah menganjurkan kemungkinan penundaan kehamilan di musim hujan dimana nyamuk banyak ditemukan. "Karena nyamuk Aedes aegypti adalah penular penyakit ini," ujar pria yang kini menjabat sebagai koordinator regional di kantor regional World Health Organization (WHO) Asia Tenggara dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Senin (28/12).
Tjandra mengatakan sebagian besar pakar internasional belum terlalu meyakini ada tidaknya hubungan langsung antara infeksi virus Zika dan kejadian mikrosefalus tersebut. "Perlu penelitian lebih lanjut. Memang, masih terjadi perbedaan pendapat tentang hal ini," kata pria yang pernah menjabat sebagai kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI ini.