REPUBLIKA.CO.ID, Pakar bayi tabung FKUI-RSCM Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG (K) menjelaskan bahwa tren siklus bayi tabung di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut data tahun 2014, dari 28 klinik bayi tabung yang tersebar di 11 kota dan 8 provinsi, terdapat sebanyak 4.827 pasien yang menyimpan sel telur beku.
"Pada tahun 2013 terdapat 3.488 siklus. Hal ini menunjukkan terdapat kenaikan sebanyak 18 persen dalam jangka waktu satu tahun," kata dokter yang akrab disapa Iko ini.
Namun, program bayi tabung ini memiliki beberapa kendala diantaranya adalah kurangnya pusat pelayanan bayi tabung di berbagai daerah di Indonesia. Kurang lebih klinik yang melayani program ini hanya ada sebanyak 22 klinik di Pulau Jawa, 1 klinik di Medan, 1 klinik di Padang dan 3 klinik di Denpasar.
"Inilah sebabnya kebanyakan masyarakat lebih mempercayai program bayi tabung ke luar negeri. Karena, di Indonesia sendiri unit pelayanannya masih sangat sedikit," ungkapnya.
(baca: Bayinya Diimunisasi, Mark Zuckerberg Tuai Kontroversi)
Iko berharap, ke depannya pemerintah mau bekerjasama untuk menjamin penyelenggaraan jaminan kesehatan reproduksi masyarakat Indonesia. Terutama akses terhadap program perawatan gangguan kesuburan dan bayi tabung.
"Penting untuk diketahui, bahwa klinik bayi tabung bukan hanya berguna untuk mengakses layanan bayi tabun. Tapi juga mengenai kesehatan reproduksi, serta meningkatkan pengetahuan pasien mengenai gangguan infertilitas," lanjut Iko.
Dengan akses yang lebih dipermudah ini, tentunya dapat mengurangi biaya dan kontrol secara teratur. Sehingga perawatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal.
"Kami berharap, di masa depan advokasi dari pemerintah dan dukungan berupa asuransi dan regulasi pemerintah dapat mendorong ekspansi klinik bayi tabung di seluruh wilayah Indonesia," imbuhnya.