Selasa 03 Sep 2024 14:16 WIB

Mengenal IVF, Harapan Bagi Pejuang Dua Garis Biru

Usia wanita mainkan peran penting dalam kualitas embrio dan keberhasilan prosedur IVF

In vitro fertilization.
In vitro fertilization.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi pasangan yang kesulitan untuk memiliki buah hati, In Vitro Fertilization (IVF) menjadi teknik perawatan kesuburan modern yang bisa memberi harapan baru. Prosedur tersebut dapat dilakukan untuk membantu pasangan menghadapi masalah kesuburan.

"Dalam prosedur ini, sel telur diambil dari ovarium wanita dan dipertemukan dengan sperma di laboratorium untuk membentuk embrio. Embrio yang berhasil berkembang kemudian ditanamkan ke dalam rahim wanita dengan harapan embrio itu akan menempel dan berkembang menjadi kehamilan yang sehat," jelas Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Christofani Ekapatria.

Dokter ahli dari Grup RS Siloam itu menjelaskan, IVF sering kali menjadi pilihan ketika metode kesuburan lainnya tidak berhasil atau ketika ada kondisi medis yang menghalangi kehamilan alami. Selama proses IVF, beberapa siklus hormon digunakan untuk merangsang ovarium agar menghasilkan lebih banyak sel telur, yang kemudian diambil melalui prosedur minor di bawah anestesi.

Sperma yang digunakan, kata dia, bisa berasal dari pasangan, tergantung pada situasi. Setelah pembuahan di laboratorium, embrio dipantau selama beberapa hari untuk memastikan kualitasnya sebelum transfer dilakukan.

"IVF dapat melibatkan berbagai teknik tambahan, seperti pemilihan embrio terbaik, pengujian genetik, atau penggunaan telur atau sperma, untuk meningkatkan peluang keberhasilan kehamilan," jelas dia.

Ekapatria menambahkan, usia wanita memainkan peran penting dalam kualitas embrio dan keberhasilan prosedur IVF. Setelah usia 35 tahun, kualitas embrio secara signifikan menurun. Data menunjukkan, wanita di usia ini hanya memiliki sekitar 85 persen dari kualitas embrio yang dimiliki wanita yang lebih muda, yang berdampak langsung pada tingkat keberhasilan IVF.

"Sebab itu, semakin cepat pasangan merencanakan dan menjalani IVF setelah usia 35 tahun, semakin baik kemungkinan hasil yang positif. Penurunan kualitas embrio dengan bertambahnya usia membuat pengambilan keputusan lebih awal menjadi sangat penting, terutama jika usia pasangan sudah cukup lanjut," terang dia.

Dia menerangkan, grup RS Siloam menggunakan berbagai teknologi canggih untuk meningkatkan keberhasilan IVF. Pertama, Intra-Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknologi ini melibatkan penyuntikan sperma tunggal langsung ke dalam sel telur yang meningkatkan kemungkinan pembuahan, terutama dalam kasus masalah kesuburan pria.

Kedua, Preimplantation Genetic Testing (PGT). Teknologi ini memungkinkan pemeriksaan genetik pada embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim. PGT dapat mendeteksi kelainan genetik dan meningkatkan kemungkinan kehamilan yang sehat.

"Ketiga, pembekuan embrio. Embrio yang tidak digunakan dalam siklus IVF dapat dibekukan untuk digunakan di masa depan, sehingga memberikan fleksibilitas tambahan bagi pasangan," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement