Selasa 19 Apr 2016 09:56 WIB

Kerusakan Gigi Anak di Dunia Meningkat, Ini Buktinya

Rep: Adysha Citra R/ Red: Andi Nur Aminah
Pemeriksaan gigi anak
Foto: Independent
Pemeriksaan gigi anak

REPUBLIKA.CO.ID, Biaya operasi untuk mencabut beberapa gigi dengan karies pada anak telah meningkat sebanyak 60 persen sejak 2010-2011. Jika diakumulasikan, peningkatan biaya tersebut menyentuh angka 35 juta euro atau sekitar Rp 520,5 miliar per tahun.

Local Government Association (LGA) menyatakan bahwa permasalahan karies gigi pada anak yang meningkat ini menjadi perhatian khusus. Pasalnya, akibat karies gigi anak-anak terpaksa harus meninggalkan sekolah karena perlu melakukan operasi pencabutan gigi.

Peningkatan jumlah operasi pencabutan gigi anak dan remaja dengan karies ini dapat dilihat di rumah sakit Inggris. Diperkirakan, dalam satu hari terjadi lebih dari 100 operasi pencabutan beberapa gigi pada anak dan remaja.

Akumulasi biaya pencabutan gigi pada anak di bawah 18 tahun ini bisa mencapai jumlah 35,5 juta euro untuk periode 2014-2015. Angka tersebut meningkat lebih dari 50 persen jika dibandingkan dengan data pada 2010-2011 yang berkisar pada 21,9 euro atau sekitar Rp 325,7 miliar.

Jika ditotal, ada sekitar 40.970 prosedur terkait masalah gigi yang dilakukan pada anak-anak di bawah 18 tahun pada periode 2014-2015. Hal ini menunjukkan peningkatan cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah prosedur yang terjadi pada 2010-2011 sebanyak 32.457.

Data dari Health and Social Care Information Center (HSCIC) juga menunjukkan peningkatan jumlah anak 10 tahun yang membutuhkan pencabutan satu gigi atau lebih mencapai angka yang menakjubkan. Sejak 2011 lalu, jumlah anak-anak tersebut mencapai 128.558 di mana 14 ribu di antaranya merupakan anak di bawah lima tahun.

Para peneliti menilai 'dalang' di balik meningkatnya kasus karies gigi pada anak ini ialah jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi anak. Peneliti menilai saat ini anak-anak telah mengonsumsi minuman bersoda dan makanan manis secara berlebihan.

Berdasarkan data, misalnya, anak usia 11 hingga 15 tahun telah mengonsumsi minuman mengandung gula setidaknya satu kali sehari. Hal ini tentunya tidak hanya berdampak pada peningkatan risiko obesitas anak tetapi juga mengancam kesehatan mulut dan gigi anak.

"Gigi anak-anak kita membusuk karena mereka mengonsumsi terlalu banyak makanan dan minuman yang mengandung gula tinggi terlalu sering," terang juru bicara LGA, Izzi Seccombe.

Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut Izzi, ialah proses pencabutan gigi pada anak lebih banyak dilakukan di rumah sakit dibandingkan di dokter gigi. Hal ini menunjukkan tingkat keparahan karies gigi sehingga membutuhkan operasi untuk pencabutannya.

Izzi mengingatkan bahwa kebersihan mulut dan gigi merupakan hal terpenting selain mengunjungi dokter gigi secara berkala. Kesehatan mulut dan gigi yang buruk dapat membuat kemampuan makan, tidur, berbicara, bermain hingga bersosialisasi anak dan remaja ikut terpengaruh.

"Memiliki kondisi mulut dan gigi yang sehat dapat membantu anak untuk belajar di seolah, meningkatkan kemampuan mereka untuk bertumbuh dan berkembang. Karena setidaknya kondisi mulut dan gigi yang sehat mencegah anak absen ke sekolah (untuk ke dokter gigi)," jelas Izzi dilansir Independent.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement