REPUBLIKA.CO.ID, Anggota Dewan Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Riau, Ririe Fachriani Malisie, mengatakan alat lavitrap telah diuji coba di Kabupaten Pelalawan, Riau. Riau menjadi daerah percontohan pertama, sebab berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Riau, wilayah ini memasuki siklus lima tahunan perkembangan nyamuk.
Lavitrap merupakan alat sederhana yang digunakan untuk memerangkap telur nyamuk dan mengembangkannya menjadi larva. Setelah masa tertentu, larva akan dibuang ke tanah kering hingga mati. Alat ini dapat dibuat dengan memanfaatkan bahan daur ulang, seperti botol air mineral bekas.
Cara sederhananya potong botol tersebut menjadi dua bagian. Ambil bagian atas botol yang telah terpotong, kemudian lepas tutupnya. Tempelkan saringan di ujung botol atas. Saringan dapat terbuat dari kawat strimin, sisa kelambu, atau alat lain. Rongga-rongga yang diciptakan tidak boleh terlalu longgar maupun terlalu sempit.
Lubangi tutup botol, kemudian tautkan kembali pada tempatnya, sehingga saringan dapat menempel sempurna. Masukkan bagian dalam posisi terbalik ke bagian bawah botol. Isi air hingga sebatas tutup botol.
Untuk mengundang nyamuk masuk ke dalam botol, tambahkan sedikit gula jawa dicampur ragi/yeast. Lalu, tempelkan plastik hitam, bisa berupa kresek, di sekeliling botol. Kedua cara terakhir dilakukan dengan melihat sifat alami nyamuk yang menyukai tempat gelap dan air yang agak manis.
Daerah Riau menjadi percontohan, karena seperti umumnya wilayah lain di Pulau Sumatra, wilayah iniu juga memiliki tingkat kelembaban tinggi dan intensitas sinar matahari rendah yang sangat disukai nyamuk. Posisi Riau yang relatif dekat dengan Singapura, dengan mobilitas tinggi ke/dari negara tersebut, juga memungkinkan penularan penyakit zika hingga ke wilayah ini.
Pelalawan merupakan daerah yang cukup terisolir, terdiri dari kawasan hutan yang mensuplai kayu untuk industri kertas (pulp). Wilayah ini memiliki tingkat kelembaban tinggi sehingga menjadi tempat perkembangbiakan berbagai jenis nyamuk. Uji coba dilakukan sejak 15 Oktober 2016. Hasil menunjukkan angka bebas jentik hingga di bawah 10 persen, dan kasus DBD serta Zika nol.
Sejak 12 November 2016, IDI Riau juga melakukan program yang sama ke Kabupaten Meranti dengan melibatkan sebanyak 3.000 kader. Program 3M Plus akan digalakkan juga di seluruh Riau dengan menargetkan 4.000 keluarga dan lebih dari 12 ribu orang.
Menurut Ririe, penggunaan larvitrap sangat dianjurkan mengingat biayanya lebih ringan dan ramah lingkungan. Cara ini diterapkan untuk membunuh telur-telur yang telah berkembang menjadi jentik.
Bagian lain dari program 3M Plus adalah pemberantasan nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa hanya dapat dibunuh dengan dua cara, yaitu cara mekanik dan penggunaan insektisida. Jika ditemukan nyamuk, keluarga dapat langsung membunuh nyamuk tersebut dengan cara manual, seperti ditepok atau menggunakan raket nyamuk.