REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang meyakini obesitas bisa memicu depresi atau bahkan sebaliknya. Lebih dari itu hubungan obesitas dan deprasi memang kompleks dan sulit dipisahkan. Apalagi, obesitas dan depresi kini sudah menjadi masalah kesehatan global.
Penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa depresi sering muncul pada individu yang kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, penelitian observasional belum mampu menunjukkan terkait obesitas menyebabkan depresi, karena ada banyak faktor lain yang bisa mengakibatkan gangguan pada jiwa tersebut.
Sebuah studi baru berskala besar kini menemukan bukti baru. Menurut laporan Medical News Today, Rabu (14/11), kegemukan alias obesitas berisiko menyebabkan masalah kesehatan lainnya, seperti meningkatkan kemungkinan depresi, dibandingkan sebaliknya.
Namun, beberapa peneliti berpendapat bahwa justru sebaliknya, depresi berisiko membuat orang obesitas. Sedangkan yang lain percaya bahwa depresi dan obesitas memperburuk satu sama lain.
Misalnya, kegemukan mungkin membuat depresi lebih mungkin terjadi pada awalnya, tetapi begitu gejala depresi muncul, mereka mengalami obesitas sehingga menyulitkan individu untuk berolahraga.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, para peneliti dari University of Exeter di Inggris bergabung dengan para ilmuwan dari University of South Australian untuk mempublikasikan hasil penelitian di International Journal of Epidemiology, pekan ini. "Obesitas dan depresi keduanya masalah kesehatan global yang memiliki dampak besar pada kehidupan dan mahal layanan kesehatannya," jelas penulis utama Dr Jess Tyrrell.
Peneliti sudah lama mengetahui ada hubungan antara keduanya. Namun, intinya, tidak jelas apakah obesitas menyebabkan depresi atau sebaliknya, dan juga apakah kelebihan berat badan itu sendiri atau masalah kesehatan terkait yang dapat menyebabkan depresi.