Jumat 23 Nov 2018 13:26 WIB

Berhenti Komentari Berat Badan Orang Lain, Ini Sebabnya

Weight shaming faktor utama meningkatnya risiko gangguan makan

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menimbang berat badan  (ilustrasi)
Foto: Independent
Menimbang berat badan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika lama tak berjumpa dengan teman atau kerabat, komentar tentang kondisi fisik kadang tidak terelakkan. Tanpa sengaja, kita bisa mengatakan bahwa orang tersebut semakin kurus, semakin gemuk, dan sebagainya.

Komentar tentang penampilan itu sebenarnya kurang etis dan sangat tidak dianjurkan oleh para pakar. Menurut psikolog berlisensi Rachel Millner, ucapan yang tidak pada tempatnya mengenai penampilan dapat merusak kondisi psikologis seseorang.

"Begitu banyak orang, terlepas dari ukuran tubuh mereka, berjuang menghadapi gangguan makanan dan masalah citra tubuh. Aturan praktis terbaik adalah tidak pernah berbicara tentang berat badan atau diet," kata Millner, dikutip dari laman HuffPost.

Bukan tidak mungkin ada di antara kawan dan kerabat yang diam-diam mengidap pocrescophobia atau obesophobia. Jenis fobia tersebut membuat pengidapnya takut mengalami kenaikan berat badan dan lebih rentan mengalami bulimia atau anoreksia.

Pakar diet Rachael Hartley dari Charleston, Carolina Selatan, AS, berpendapat bahwa komentar demikian merupakan imbas dari kultur masyarakat modern yang terobsesi pada kesehatan. Dia termasuk yang gencar menyarankan untuk menghentikan kebiasaan tersebut.

Salah satu efek yang tidak diharapkan, orang-orang semakin mudah melabeli makanan dengan baik dan buruk. Padahal, sesekali makan junk food, menyantap kue manis, atau menikmati hidangan berlemak saat hari raya dan liburan sama sekali bukan dosa.

Dia juga mengingatkan bahwa berat badan tidak selalu berkaitan dengan kesehatan. Bukan berarti orang yang langsing lebih sehat dari mereka yang lebih berisi, atau sebaliknya. Pola makan ideal bagi setiap orang berbeda sesuai kondisi tubuh.

Asosiasi Gangguan Makan Nasional di AS menyoroti, weight shaming alias pelabelan berat badan merupakan faktor risiko utama meningkatnya kasus gangguan makan. Seseorang merasa harus membatasi makan demi mencapai berat badan yang dianggap sempurna.

"Berkomentar tentang berat badan seseorang hanya akan memperkuat dan mengabadikan stigma tentang lemak dan berat badan, persepsi yang salah bahwa semakin kurus semakin baik," kata Hartley. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement