Jumat 11 Jan 2019 19:35 WIB

Studi Ini Sebut Minum Teh Saat Hamil Berdampak Negatif

WHO merekomendasikan asupan kafein 300 mg per hari saat hamil

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
minuman teh (illustrasi)
minuman teh (illustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kafein adalah zat psikoaktif yang paling umum digunakan di dunia. Pada tingkat konsumsi rata-rata, kafein dianggap baik untuk kesehatan atau setidaknya tidak buruk untuk kesehatan. Namun, bukti yang muncul menunjukkan mengonsumsi kafein selama kehamilan mungkin bedampak buruk bagi bayi. 

Dilansir dari Irish Examiner, studi terbaru yang dilakukan peneliti Ling-Wei Chen, Peneliti Pascadoktoral Epidemiologi di Program Gizi dan Kehidupan, University College Dublin kali ini ingin mengetahui apakah ada hubungan antara asupan kafein ibu dan hasil kelahiran negatif pada populasi di mana teh merupakan sumber kafein utama. Untuk melakukannya, peneliti menggunakan data dari studi kohort Irlandia. 

Data pada sekitar 1.000 wanita Irlandia, memberi peneliti asupan makanan yang biasa dari produk berkafein selama awal kehamilan. Peneliti mencocokkan ini dengan catatan rumah sakit dari bayi perempuan yang baru lahir untuk mendapatkan informasi tentang ukuran kelahiran dan usia kehamilan saat lahir.

Teh adalah sumber kafein yang dominan (4 persen) diikuti oleh kopi (39 persen). Analisis awal yang diterbitkan dalam The American Journal of Clinical Nutrition, menunjukkan hubungan yang konsisten antara kopi dan teh kafein dan hasil kelahiran yang merugikan. Pada kelompok konsumsi kafein tertinggi, risiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah yang tidak normal atau usia kehamilan pendek saat kelahiran sekitar dua kali lebih tinggi. Hasilnya sama terlepas dari sumber kafein.

Di samping kopi adalah sumber utama kafein di sebagian besar dunia (sekitar 100 mg per cangkir), teh juga mengandung sejumlah besar kafein (sekitar 33 mg per cangkir).

Metode pembuatan kopi dan teh memengaruhi kandungan kafeinnya. Misalnya, kandungan kafein lebih tinggi di kopi diseduh daripada di kopi instan, dan itu lebih tinggi di teh hitam daripada di teh hijau. Jadi temuan peneliti memiliki implikasi kesehatan masyarakat di negara-negara yang memiliki banyak teh hitam, seperti Irlandia dan Inggris.

Tingkat asupan kafein yang disarankan selama kehamilan berbeda di seluruh organisasi kesehatan dan negara. Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan asupan kurang dari 300 mg per hari. Sebaliknya, organisasi seperti Otoritas Keamanan Pangan Irlandia dan The American College of Obstetricians dan Gynaecologists merekomendasikan asupan kurang dari 200 mg per hari. 

Namun, penelitian ini tetap menunjukkan peningkatan risiko kelahiran yang merugikan bahkan jika mengonsumsi kafein di bawah tingkat yang disarankan. Lalu, haruskah wanita hamil menghindari kafein? Terlepas dari berat kelahiran yang lebih kecil dan durasi kehamilan yang lebih pendek, asupan kafein ibu telah dikaitkan dengan hasil negatif lainnya untuk anak, seperti IQ yang lebih rendah. 

Tetapi temuan ini berasal dari penelitian observasional, dan penelitian observasional tidak dapat membuktikan bahwa kafein menyebabkan hasil tersebut. Hanya saja ada hubungan di antara itu.

Untuk membuktikan penyebabnya, para ilmuwan perlu melakukan uji coba terkontrol secara acak. Namun, untuk melakukannya mungkin dianggap meragukan secara etis.

Sampai bukti yang lebih definitif muncul, adalah bijaksana untuk setidaknya membatasi asupan kafein selama kehamilan atau ketika berencana untuk hamil. Tidak diketahui dengan baik bahwa teh mengandung kafein dalam jumlah yang signifikan, jadi konsumsinya juga harus dipertimbangkan ketika mencoba mematuhi pedoman batas asupan kafein selama kehamilan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement