Selasa 22 Jan 2019 09:53 WIB

Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan

Tes alergi bisa memberi kepastian tentang makanan yang bisa dimakan dan tidak.

Rep: Santi Sopia/ Red: Indira Rezkisari
Kacang merupakan salah satu makanan penyebab alergi. Gejala alergi makanan disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh, sedangkan gejala intoleransi atau sensitivitas tidak.
Foto: Pixabay
Kacang merupakan salah satu makanan penyebab alergi. Gejala alergi makanan disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh, sedangkan gejala intoleransi atau sensitivitas tidak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebanyakan dari kita tidak tahu perbedaan antara alergi makanan dan intoleransi makanan. Dengan munculnya diet bebas gluten dan susu selama beberapa tahun terakhir, alergi makanan dan intoleransi tampaknya semakin meningkat.

Diet makanan alergenik juga mulai banyak dilakukan. Tapi Apakah kita benar-benar dapat mendeteksi atau mengetahui perbedaan antara alergi dan intoleransi makanan?

Baca Juga

Sebuah studi baru yang diterbitkan di JAMA Network Open menunjukkan bahwa kekhawatiran orang Amerika tidak berdasar. Setelah meninjau data yang dikumpulkan dari lebih dari 40 ribu orang dewasa AS, para peneliti menemukan sekitar 19 persen orang dewasa percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan.

 

"Kami menemukan bahwa satu dari 10 orang dewasa memiliki alergi makanan, hampir dua kali lebih banyak orang dewasa berpikir bahwa mereka alergi terhadap makanan. Sementara gejalanya sebetulnya mungkin menunjukkan intoleransi makanan atau kondisi terkait makanan lainnya," kata penulis studi utama Ruchi Gupta, MD, MPH, dari Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern, dikutip dari laman Health.

 

Banyak orang dewasa mungkin benar-benar percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan, gejala yang mereka laporkan tidak mencerminkan reaksi alergi yang sebenarnya. Kemungkinan besar, mereka mengalami gejala lain, seperti diare, sakit perut, atau kembung karena sensitivitas makanan atau intoleransi.

Gejala alergi makanan disebabkan oleh respons sistem kekebalan tubuh, sedangkan gejala intoleransi atau sensitivitas tidak. Seseorang dengan intoleransi makanan kehilangan enzim pencernaan yang akan memecah bagian dari makanan yang tidak direspons baik oleh tubuh. Sensitivitas makanan tidak didefinisikan secara jelas, tetapi biasanya menimbulkan gangguan perut setelah makan makanan tertentu.

Julie Upton, RD, salah satu pendiri Appetite for Health, menjelaskan bahwa ketika seseorang memiliki alergi makanan, sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein yang tubuh mereka anggap tidak sehat dan menyerang mereka sebagai ancaman terhadap tubuh. "Reaksi terhadap respons kekebalan yang salah ini menyebabkan gejala-gejala seperti gatal, membasahi kulit Anda, berjerawat, mengencangkan tenggorokan, atau sesak napas," kata Upton.

Paling buruk, respons alergi dapat mengakibatkan reaksi yang mengancam jiwa yang disebut anafilaksis, sehingga membutuhkan perhatian medis sesegera mungkin. Di sisi lain, sensitivitas makanan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi tidak menimbulkan ancaman bagi kesehatan Anda.

Jadi mengapa begitu banyak orang Amerika punya pandangan yang salah bahwa mereka memiliki alergi makanan? Upton mengatakan ini bisa terjadi karena berbagai alasan. Tetapi seringkali orang menggunakan alergi sebagai cara untuk menghindari makanan tertentu yang mereka anggap tidak sehat.

"Dalam pekerjaan saya, saya paling sering melihat pemakan yang sangat sehat yang mengaku alergi terhadap hal-hal seperti gula susu, gandum, atau gluten," katanya.

Artinya, dalam hampir semua kasus, orang sebenarnya tidak alergi atau bahkan peka terhadap makanan-makanan ini, tetapi mereka hanya mengklaim untuk mengkontrol makanan sehari-hari mereka dan apa yang mereka anggap sebagai pendekatan yang lebih sehat. Dia juga menyebutkan klaim alergi makanan bisa jadi hasil dari ketidaksukaannya terhadap makanan atau keinginan untuk merasa berbeda dengan mengidentifikasinya sebagai alergi.

Jika Anda berpikir mungkin memiliki alergi makanan, Dr. Gupta memyarankan menemui dokter. Tujuannya guna melakukan pengujian dan diagnosis yang tepat sebelum sepenuhnya menghilangkan makanan dari diet. Upton menambahkan bahwa keputusan untuk diet ataupun kembali menambahkan jenis makanan tertentu ke dalam diet Anda bisa menemukan alergen potensial, dan itu perlu dilakukan dengan bantuan ahli gizi atau ahli alergi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement