Senin 18 Mar 2019 08:53 WIB

Tujuh Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Kulit (1)

Kulit dalah organ terbesar manusia tapi justru kerap dianggap remeh

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Kulit tubuh. Ilustrasi
Foto: Sciencealert
Kulit tubuh. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kulit adalah organ terbesar manusia namun justru yang sering dianggap remeh ketika sehat. Bahkan, banyak pengetahuan yang sering salah, menyesatkan, dan tetap saja diikuti.

Agar tidak mengikuti informasi yang keliru, berikut adalah beberapa mitos yang paling umum dibagikan seputar kulit. Dikutip dari Inverse, dermatologis Sara J. Brown membagikan fakta yang sebenarnya.

Baca Juga

1. Kulit terus memperbarui diri

Penyataan itu benar. Kulit memberikan penghalang dinamis antara lingkungan internal tubuh dan dunia luar. Sel-sel yang disebut keratinosit dalam epidermis atau lapisan luar kulit, terus-menerus membelah untuk menghasilkan pasokan sel yang bergerak naik melalui lapisan ini dan dikeluarkan dari permukaannya. Kulit merupakan sumber sel punca yang kaya dengan kapasitas untuk membelah dan memperbarui diri.

2. Minum dua liter air per hari untuk kulit sehat

Ungkapan tersebut salah. Jumlah air yang seseorang minum tidak secara langsung memengaruhi kulit. Air disuplai ke kulit oleh darah yang mengalir melalui dermis atau lapisan dalam kulit. Kemudian air hilang dari epidermis, terutama di lingkungan yang kering.

Air dibutuhkan untuk menjaga kelembaban kulit. Ketika mengalami dehidrasi serius, kulit tampak kusam dan kurang elastis. Pada orang yang sehat, organ-organ internal seperti ginjal, jantung, dan pembuluh darah mengendalikan jumlah air yang mencapai kulit. Tidak ada volume air yang pasti untuk diminum, karena itu tergantung pada jumlah yang hilang dari tubuh.

3. Stres dapat membuat kulit tidak sehat

Benar sekali. Ada banyak masalah kesehatan dalam kehidupan modern yang diakibatkan stres dan beberapa kondisi kulit yang berubah telah diperlihatkan dalam studi ilmiah.

Hal tersebut muncul melalui hormon stres termasuk kortisol atau hormon steroid yang dibuat dalam kelenjar adrenal. Salah satu contoh yang bisa timbul yaitu alopecia areata. Ini adalah suatu kondisi autoimun di mana kekebalan tubuh mulai menyerang folikel rambut sehingga menyebabkan rambut rontok. Stres juga bisa membuat psoriasis atau kondisi auto-imun lain yang menyebabkan penebalan dan peradangan kulit.

4. Makan cokelat penyebab jerawat

Banyak yang percaya tentang pernyataan tersebut dan ini merupakan kesalahan. Acne vulgaris atau jerawat "remaja" yang sebenarnya dapat bertahan hingga usia 30-an dan 40-an. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari interaksi antara efek hormonal pada kelenjar lemak di kulit. Serta, ditambah respons kekebalan kulit terhadap pori-pori yang tersumbat dan mikroba yang hidup di kulit.

Makan tinggi lemak memang tidak sehat karena berbagai alasan namun tidak menyebabkan jerawat. Bahkan beberapa tablet yang diresepkan untuk jerawat parah seperti isotretinoin oral lebih baik diserap ketika dikonsumsi dengan makanan berlemak termasuk cokelat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement