Jumat 05 Jul 2019 00:31 WIB

Sedang Heboh, Pola Berpuasa Breatharianism Dikecam Ahli

Seorang penganut breatharianism berpuasa makanan padat selama 97 hari penuh.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Green smoothies
Foto: Prayogi/Republika
Green smoothies

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang membutuhkan energi untuk bisa beraktivitas sehari-hari. Umumnya, energi didapatkan dari makanan atau minuman, namun bukan itu yang dipopulerkan selebrgam bernama Audra Bear belum lama ini.

Bear memopulerkan cara tak biasa untuk mendapatkan energi, yakni melalui bernapas. Metode bernapas untuk mendapatkan energi ini dikenal sebagai breatharianism.

Sebagai penganut breatharianism, Bear tak pernah lagi mengonsumsi makanan padat. Ia yang mengenal breatharianism delapan bulan lalu hanya bernapas dan bergantung pada minuman untuk bisa mencukupi kebutuhan energi hariannya. Tak hanya itu, Bear juga mengaku berpuasa selama 97 hari penuh untuk bisa mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Breatharianism itu sebenarnya bukanlah hal baru. Pada 1980-an, breatharianism sempat menuai popularitas di Amerika Serikat. Namun, dampak negatif dari breatharianism terhadap kesehatan dan nutrisi tidak begitu dipahami masyarakat pada umumnya.

Bear mengaku pertama kali mengetahui soal breatharianism sekitar delapan bulan lalu. Kala itu, ia mulai mempraktikkan pengaturan napas breatharianism selama 40 menit per hari selama lima hari. Ia juga menjauhi keinginan untuk mengonsumsi makanan padat.

Selama menjalani puasa 97 hari, Bear juga benar-benar menghindari makanan padat. Ia hanya bergantung pada teh, jus, dan smoothie.

Melalui teknik bernapas breatharianism, Bear mengaku tak lagi memiliki keinginan untuk makan makanan padat. Selebgram dengan 11.500 pengikut di Instagram iti hanya mengonsumsi makanan padat sesekali saja selama menerapkan breatharianism. Dengan cara yang tak biasa ini, Bear mengaku berhasil menurunkan berat badan sebanyak 15 pon dan merasa lebih berenergi.

Banyak ahli yang khawatir dengan popularitas breatharianism ini. Alasannya, breatharianism ini lebih menekankan pada pengaturan bernapas untuk mendapatkan energi yang dibutuhkan dalam aktivitas sehari-hari.

Padahal, ada enam nutrisi dasar yang diperlukan manusia agar bisa hidup secara sehat. Keenam nutrisi tersebut adalah air putih, protein, lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat.

Keenam nutrisi ini bisa didapatkan dari makanan ataupun minuman. Selain itu, keenam nutrisi ini diperlukan dalam julah yang seimbang.

"(Breatharianism) ini merupakan praktik berbahaya dan mungkin berasal dari kurangnya pemahaman mengenai bagaimana tubuh bekerja," ungkap pendiri Proactive Health Labs Joy Stepshenson-Laws, seperti dilansir Fox News.

Stephenson-Laws mengatakan kekurangan enam nutrisi esensial yang didapatkan dari makanan dan minuman dapat memberi dampak negatif bagi kesehatan. Dampak kesehatan ini tak hanya seputar kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental.

Stephenson-Laws juga mengatakan liquid diet atau diet cair yang diterapkan penganut breatharianism sebenarnya hanya boleh diterapkan dalam jangka waktu pendek dan tertentu saja. Misalnya, untuk pasien yang baru menjalani operasi atau prosedur yang membuat pasien sulit mendapatkan semua nutrisi penting melalui konsumsi makanan padat.

"Anda tidak bisa mempertahankan gaya hidup sehat hanya dengan menguasai cara mendapatkan energi melalui udara," kata Stephenson-Laws.

Udara memang mengandung oksigen yang dibutuhkan oleh setiap sel tubuh agar dapat hidup dan menjalani fungsinya. Akan tetapi, sel-sel di dalam tubuh juga menggunakan oksigen untuk memetabolisme nutrisi yang didapatkan tubuh ketika makan dan untuk energi.

"Tanpa makanan, kita akan memiliki kondisi kesehatan dan energi yang menurun," jelas Stephenson-Laws.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement