Senin 22 Jul 2019 07:52 WIB

Terapi Kognitif Bantu Atasi Kecanduan Internet

Ada terapi kognitif yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan internet

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Sakit kepala akibat terlalu lama bermain internet dan duduk di depan monitor
Foto: News
Sakit kepala akibat terlalu lama bermain internet dan duduk di depan monitor

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang menghabiskan berjam-jam berselancar di internet sepanjang pekan dan tidak bisa membatasi diri. Untuk mengatasi ini ternyata tidak cukup hanya membatasi diri. Ada terapi kognitif yang bisa dilakukan untuk mengatasi kecanduan internet.

Menurut para peneliti, kecanduan internet adalah penggunaan internet yang berlebihan yang secara negatif memengaruhi keluarga, sosial, pekerjaan, dan aspek kehidupan lainnya. Studi kecil yang diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Psychiatry menyatakan untuk orang dengan kecanduan internet ada jenis terapi jangka pendek yang bisa menjadi pengobatan yang efektif.

Baca Juga

Para peneliti menemukan 69,4 persen pria dengan kecanduan internet dapat dikurangi jika mereka menerima terapi perilaku kognitif jangka pendek. "Ini menunjukkan efek perawatan yang kuat untuk subjek yang menderita kecanduan internet atau gangguan bermain game," kata penulis utama penelitian tersebut Klaus Wölfling yang merupakan peneliti di Departemen Psikosomatik dan Psikoterapi di Johannes Gutenberg-University Mainz, Jerman.

Studi ini mengamati 143 pria berusia antara 17 hingga 55 tahun di empat klinik rawat jalan di Jerman dan Austria. Peserta yang terlibat telah memenuhi kriteria kecanduan internet berdasarkan skor dari Assessment of Internet and Computer Game Addiction.

Peneliti mengukur 14 kriteria yang meliputi frekuensi aktivitas internet, gejala penarikan, keasyikan dengan internet, kehilangan minat pada aktivitas kehidupan, dan lainnya. Kecanduan internet didefinisikan sebagai skor lebih besar dari 13. Sedangkan pengurangan didefinisikan sebagai skor kurang dari tujuh.

Responden mendapatkan terapi perilaku kognitif jangka pendek yang terdiri dari 15 pekan sesi kelompok dan individu. Program ini dibagi menjadi tiga fase. Tiga fase itu adalah pendidikan tentang kecanduan, intervensi psikoterapi seperti menunjukkan penggunaan internet yang sehat, dan teknik pencegahan kambuh dan transisi ke kehidupan sehari-hari.

Studi ini menilai hanya laki-laki karena mereka adalah pasien utama untuk kecanduan internet di klinik. Untuk kecanduan perilaku secara umum, pria mewakili 90 persen pasien yang dirawat atau didiagnosis di klinik rawat jalan.

Pasien dinilai pada awal pengobatan, pertengahan perawatan, dan pascaperawatan pada empat bulan. Mereka yang berada dalam kelompok terapi kognitif jangka pendek juga memiliki penilaian tindak lanjut setelah enam bulan.

Para peneliti melihat laporan diri tentang perilaku dan gejala kecanduan internet. Pada akhir pengobatan, pasien dalam kelompok terapi menunjukkan gejala kecanduan yang dilaporkan lebih rendah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun lalu telah mengakui gangguan kecanduan gim internet sebagai kondisi kesehatan mental. Kriteria untuk gangguan ini masuk dalam Klasifikasi Penyakit Internasional ini mencakup setidaknya 12 bulan pola permainan yang berulang, kehilangan kendali, dan perilaku yang berkelanjutan, bahkan setelah menyebabkan konsekuensi negatif dan kesulitan dalam aspek kehidupan lainnya.

Untuk penelitian ini, para peneliti menggunakan definisi yang lebih luas dari kecanduan internet, termasuk pasien yang kecanduan gim, jejaring sosial, pornografi, selancar daring atau penggunaan internet secara umum. Prevalensi kecanduan internet diperkirakan enam persen di seluruh dunia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement