Ceknricek.com -- Di Indonesia belum ada data pasti mengenai anak autis. Namun, penelitian pada anak usia sekolah di Amerika Serikat menunjukkan angka anak penderita autis mencapai 1,7 persen.
Hal tersebut diungkapkan dr Caessar Pronocitro, Sp.A, M.Sc dalam wawancara dengan ceknricek.com. Ia mengatakan ada beberapa gejala autisme pada usia dini yang memerlukan pemeriksaan perkembangan lebih lanjut. Yakni, antara lain keterlambatan bicara atau tidak bicara sama sekali, tidak menunjukkan kontak mata, tidak mampu menunjuk suatu benda yang menarik perhatiannya pada usia 18 bulan.
''Kemudian kebiasaan yang khas dan berulang, namun tanpa tujuan seperti mengibaskan tangan,'' ungkap dr Caessar di Jakarta, beberapa waktu lalu. ''Atau, ketertarikan yang besar pada benda-benda tertentu seperti roda mainan atau benda lain yang berputar,''
Baca Juga: Dokter Spesialis Anak: Autisme Bukan Disebabkan Karena Imunisasi
Penyembuhan autis pada anak biasanya dilakukan dengan cara terapi. Namun, hingga saat ini belum ditemukan terapi yang benar-benar dapat menyembuhkan kondisi autisme secara total.
''Tergantung dari berat ringannya gejala, berbagai pendekatan dan penanganan dapat diberikan,'' ucap dokter spesialis anak itu. “Salah satu yang terpenting adalah terapi perilaku secara intensif, yang bertujuan meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi anak autis.''
Dengan terapi tersebut, anak penderita autis bisa dibantu mempelajari perilaku sosial yang baik. Terapi juga dapat mengurangi kebiasaan anak autis yang bersifat repetitif seperti dicontohkan di atas.
BACA JUGA: Cek FILM & MUSIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini