Selasa 03 Dec 2024 07:52 WIB

Penelitian Baru Ungkap Flu Selama Kehamilan Berpotensi Sebabkan Anak Autisme

Meski begitu, tertular flu selama kehamilan tak menjamin anak akan mengalami autisme.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ibu hamil mengalami flu (ilustrasi). Penelitian terbaru mengungkap bahwa infeksi selama kehamilan, seperti influenza, menjadi salah satu faktor lingkungan yang berpotensi menyebabkan autisme.
Foto: Republika/Mardiah
Ibu hamil mengalami flu (ilustrasi). Penelitian terbaru mengungkap bahwa infeksi selama kehamilan, seperti influenza, menjadi salah satu faktor lingkungan yang berpotensi menyebabkan autisme.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para ilmuwan mengungkap bahwa gangguan spektrum autisme (ASD) didorong oleh kombinasi genetik dan lingkungan. Kini, penelitian terbaru mengungkap bahwa infeksi selama kehamilan, seperti influenza, menjadi salah satu faktor lingkungan yang berpotensi menyebabkan autisme.

Meskipun hubungan ini belum tentu bersifat kausal, artinya tertular flu selama kehamilan tidak menjamin seorang anak akan mengalami autisme, namun penelitian menunjukkan bahwa infeksi semacam itu dapat menjadi faktor penyebab.

Baca Juga

“Penelitian kami menunjukkan bahwa wanita yang mengalami episode demam, memiliki kadar antibodi tinggi yang meningkat menjadi herpes simpleks tipe 2, yang melaporkan influenza dan memiliki dokumentasi influenza semuanya berisiko lebih tinggi memiliki anak yang kemudian akan menerima diagnosis ASD,” kata dr Ian Lipkin, Direktur Pusat Infeksi dan Imunitas di Columbia University seperti dilansir Euronews, Selasa (3/12/2024).

Lipkin adalah penulis senior dari sebuah penelitian yang mengeksplorasi hubungan potensial antara terkena flu selama kehamilan dan risiko autisme pada anak-anak. Penelitian ini berfokus pada kasus flu yang dikonfirmasi laboratorium, bukan hanya mengandalkan tanggapan survei atau catatan medis.

Hasilnya, peneliti menemukan beberapa bukti peningkatan risiko ASD ketika influenza yang didiagnosis di laboratorium disertai dengan gejala parah yang dilaporkan sendiri. “Semua ini tidak terlalu mengejutkan. Maksud saya, kita memberitahu ibu hamil untuk tidak minum alkohol selama kehamilan, tidak mengonsumsi obat-obatan tertentu selama kehamilan, tidak merokok selama kehamilan, jadi mengapa kita terkejut jika faktor lingkungan lain juga penting dalam menantang perkembangan janin yang normal?,” kata Lipkin.

Para penulis mengatakan jika infeksi berkontribusi pada peningkatan risiko autisme, penyebabnya mungkin bukan karena virus itu sendiri. Melainkan karena respons sistem kekebalan tubuh ibu dan peradangan yang dipicunya.

Untuk memahami apa yang terjadi pada janin ketika ibu mengalami infeksi, para peneliti mempelajari model hewan. Dr Irene Sanchez Martin, seorang peneliti pascadoktoral di Cold Spring Harbor Laboratory di Amerika Serikat, baru-baru ini mempresentasikan temuan dari penelitiannya yang sedang berlangsung pada hewan yang melihat bagaimana peradangan selama kehamilan dapat berkontribusi pada gangguan perkembangan saraf pada anak-anak.

Penelitiannya dilakukan pada tikus laboratorium dan menemukan bahwa aktivasi kekebalan ibu selama kehamilan terkait dengan hasil perilaku yang mirip dengan apa yang dapat diterjemahkan sebagai autisme pada manusia.

“Kita tidak bisa mengatakan bahwa seekor tikus mengidap autisme karena ini adalah sindrom yang berbeda, tetapi mereka dapat menunjukkan beberapa perilaku abnormal yang dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan saraf, yang biasanya berupa autisme dan skizofrenia,” jelas dia.

Lipkin mengatakan, peningkatan kadar sitokin yang terkait dengan peradangan sering terjadi pada wanita yang memiliki anak yang kemudian didiagnosis dengan autisme.

“Jadi kami berpikir bahwa yang menjadi masalah adalah peradangannya, bukan agen infeksi spesifik tertentu, dan ada banyak cara untuk memicu hal ini,” kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement