Rabu 30 Oct 2019 00:02 WIB

Strok Masih Jadi Penyebab Kematian Nomor Satu

Satu dari empat orang terkena strok di Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah peserta aksi membawa tulisan bersama lawan stroke saat aksi peduli stroke di Alun-Alun Kudus, Jawa Tengah, Selasa (29/10/2019).
Foto: Antara/Yusuf Nugroho
Sejumlah peserta aksi membawa tulisan bersama lawan stroke saat aksi peduli stroke di Alun-Alun Kudus, Jawa Tengah, Selasa (29/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Strok hingga saat ini masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia seiring dengan makin tingginya angka insidensi serangan penyakit tersebut, kata Spesialis Neurologi Konsultan RSUD dr Moewardi Solo dr Rivan Danuaji. Tak heran bila angka penderita strok terus naik.

"Angka kejadian serangan strok pada tahun ini meningkat jika dibandingkan tahun lalu. Kalau tahun lalu perbandingannya satu dari enam orang terkena serangan stroke, saat ini satu dari empat orang," kata dia di sela peringatan Hari Strok Sedunia di Bundaran Gladak Solo, Selasa (29/10).

Baca Juga

Untuk meminimalisasi kejadian tersebut, pihaknya berupaya melakukan kampanye kepada masyarakat akan bahaya strok pada peringatan tersebut. "Termasuk kalau ada anggota keluarga atau orang sekitar kena strok segera bawa ke rumah sakit. Makin cepat tindakannya makin banyak kesempatan kami mengobati kerusakan yang ada. Kalau tidak dicegah bersama-sama maka akan makin tinggi angka insidensinya, makin besar biaya pengobatannya," katanya.

Selain itu, katanya, untuk menurunkan angka insidensi tersebut masyarakat harus segera mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

"Harus menerapkan pola hidup sehat, makan sayur, hindari makanan berlemak, olahraga teratur, jaga berat badan, banyak minum air putih, hindari merokok dan alkohol. Merokok ini risikonya sangat besar," katanya.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) Surakarta dr Subandi mengatakan para dokter spesialis saraf di Solo ikut memeriahkan peringatan Hari Strok Sedunia dengan menggelar aksi sosialisasi mengenai bahaya penyakit strok. Terkait dengan hal itu, katanya, para dokter telah melakukan berbagai upaya di kalangan masyarakat untuk mencegah penyakit strok namun hasilnya belum maksmal.

Ia mengatakan tingkat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya penanganan penyakit strok pada fase awal juga masih kurang. Padahal, katanya, langkah terbaik untuk penanganan penyakit strok dengan segera membawa pasien ke rumah sakit agar cepat memperoleh perawatan dan penanganan medis.

"Kuncinya penanganan strok itu di fase awal. Di strok itu namanya 'golden time' atau masa emas penyembuhan, kalau itu lewat susah. 'Golden time' itu hanya 4,5 jam dari pertama serangan," katanya.

Ia mengatakan jika pasien strok dibawa ke RS melebihi waktu 4,5 jam dari awal serangan menyebabkan penanganan tidak maksimal. Ia juga berharap, masyarakat menyadari jika nantinya menemui gejala-gejala, seperti mendadak wajah perot, lumpuh sebagian badan, dan sulit komunikasi, agar segera dibawa ke rumah sakit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement