Kamis 26 Dec 2019 03:27 WIB

Ahli Temukan Akar Masalah Vape yang Bahayakan Paru-Paru

Dlam Vape terdapat zat aditif yang belum diregulasi dan bisa menyebabkan penyakit.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Rokok Elektrik/ Vape
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Rokok Elektrik/ Vape

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak beberapa waktu lalu, bermunculan kasus permasalahan paru-paru akut yang berkaitan dengan kebiasaan menghisap vape atau vaping. Investigasi yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa permasalahan paru-paru akut ini berkaitan dengan sebuah zat aditif yaitu vitamin E asetat pada produk vape THC yang tidak diregulasi.

Permasalahan paru-paru akut ini dikenal sebagai e-cigarette or vaping product use-associated lung injury atau EVALI. Per 17 Desember lalu, ada sekitar 2.506 orang yang dirawat di rumah sakit akibat terkena EVALI di Amerika Serikat dengan jumlah kematian sebanyak 54 orang.

Baca Juga

Dua per tiga dari pasien yang terkena EVALI masih berusia di bawah 35 tahun, sedangkan rerata usia pasien yang meninggal adalah 52 tahun. Pasien yang terkena EVALI menunjukkan beberapa gejala seperti nafas memendek, nyeri dada serta masalah pencernaan seperti mual dan muntah.

Menurut hasil investigasi yang dimuat dalam New England Journal of Medicine, hampir 95 persen dari 51 pasien yang diperiksa memiliki vitamin E asetat di tubuhnya. Vitamin E asetat merupakan bentuk minyak dari vitamin E yang kerap digunakan sebagai agen pengental dalam berbagai produk. Para pasien yang memiliki vitamin E asetat di dalam tubuhnya ini juga sebagian besar positif menggunakan vape yang mengandung ganja atau produk vape THC.

Dari temuan ini, CDC menyimpulkan bahwa sebagian besar pasien jatuh sakit akibat vitamin E asetat di dalam produk vape yang mereka gunakan. Temuan ini telah diungkapkan secara resmi oleh CDC dalam konferensi pers.

CDC mengatakan temuan ini bukan berarti menunjukkan bahwa hanya vitamin E asetat saja kandungan berbahaya di dalam produk vape. Tak menutup kemungkinan ada kandungan berbahaya lain di dalam produk vape yang dapat memicu terjadinya cedera paru-paru, mengingat sebagian kecil pasien yang dirawat karena EVALI tidak berkaitan dengan produk vape THC atau vitamin E asetat.

"Saya mau menekankan bahwa ini bukan berarti tidak ada senyawa lain dalam produk rokok elektrik yang mampu menyebabkan cedera paru-paru," terang Chief CDC Anne Schuchat seperti dilansir Gizmodo.

Oleh karena itu, CDC mengimbau masyarakat agar menghindari berbagai bentuk produk rokok elektrik atau vape. Terlebih, dampak kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan vape akan lebih berat pada orang-orang yang memiliki faktor risiko seperti berusia tua dan sudah memiliki masalah kesehatan paru-paru sebelumnya.

Kasus EVALI sempat mewabah dan mencapai puncaknya pada September lalu. Setelah itu, kasus EVALI berangsur menurun seiring dengan gencarnya peringatan mengenai penggunaan vape di Amerika Serikat. Tercatat hanya ada dua kasus rawat inap akibat EVALI pada minggu pertama Desember.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement