REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Bagus Riyono berpendapat bahwa kecerdasan seseorang tidak bisa dikaitkan dengan moralitasnya. Ia menyatakan, dalam ilmu psikologi, kecerdasan bisa digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan.
"Contoh secara historis sudah banyak, misalnya, Hitler cerdas kan dan banyak juga kriminal itu orang-orang cerdas, justru orang-orang cerdas ini membuat polisi jadi susah untuk menangkapnya.,” ujar Bagus ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/1), menanggapi kasus Reynhard Sinaga.
Reynhard merupakan WNI menempuh pendidikan arsitektur di universitas negeri ternama di Indonesia lalu meraih dua gelar magister di Inggris. Dia tengah mengejar gelar doktor di Manchester, Inggris, ketika kasus perkosaan yang dilakukannya terhadap ratusan pria terkuak.
Bagus menilai, perilaku yang dimiliki oleh Reynhard sudah masuk dalam kategori psikopat. Terlebih, Reynhard menikmati perilaku jahatnya dan tidak merasa bahwa yang dilakukannya terhadap semua korban adalah suatu aksi kejahatan yang keji.
“Orang yang kehilangan empatinya, dia menikmati perilaku jahatnya, dan bangga karena tidak ketahuan. Secara umum yang dialami Reynhard ini psikopat,” kata Bagus.
Reynhard, menurut Bagus, menggunakan kecerdasannya untuk mengelabui korban dan polisi setempat. Hal itu tercermin dari penuturan korban yang mengaku tidak curiga saat diajak ke apartemen Reynhard karena menggarap pria berusia 36 tahun itu seorang laki-laki yang ramah.
Padahal, keramahan yang ditunjukkan Reynhard, menurut Bagus, adalah trik untuk memancing korbannya. Halusnya perilaku pelaku membuat korban tidak menaruh curiga saat diajak singgah di apartemennya itu.
“Ya kan dia cerdas, jadi bermain peran," ungkap Bagus.
Menurut Bagus, Reynhard bermuka dua. Dia bisa menampilkan wajah yang menyenangkan, tapi ada kejahatan dalam hatinya yang tidak bisa dilihat orang lain.
"Jadi memang kecerdasannya itu justru berbahaya. Dia bisa menipu banyak orang,” kata Bagus.