Selasa 11 Feb 2020 18:41 WIB

Layanan Pemutih Gigi Abal-Abal Makin Marak di Inggris

Banyak ahli kecantikan ilegal yang menawarkan layanan pemutihan gigi di Inggris.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi dokter gigi. Banyak ahli kecantikan ilegal yang menawarkan layanan pemutihan gigi di Inggris.
Foto: commons wikimedia
Ilustrasi dokter gigi. Banyak ahli kecantikan ilegal yang menawarkan layanan pemutihan gigi di Inggris.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- General Dental Council (GDC) di Inggris melaporkan kasus pemutihan gigi ilegal mengalami kenaikan 26 persen dibandingkan tahun lalu. Padahal, pemutihan gigi hanya boleh dilakukan oleh para profesional yang terdaftar di GDC.

Sebuah penyelidikan rahasia telah menemukan bukti adanya satu sekolah kecantikan yang telah menyiapkan ribuan kandidat dengan kualifikasi tidak sah untuk memberikan layanan pemutihan gigi. Mereka sebetulnya terancam berhadapan dengan hukum jika kedapatan gagal dalam mematuhi syarat untuk menyediakan layanan tersebut.

 

Ahli kecantikan yang tidak terlatih itu kedapatan menggunakan bahan pemutih gigi telah diketahui dapat memberikan dampak kehilangan gigi, luka bakar, dan lecet.

 

"Ketika ada yang salah dalam kedokteran gigi, mereka bisa sangat amat salah,” kata Presiden Yayasan Kesehatan Mulut, Dr Ben Atkins.

 

Jika ada pasien gigi mengalami serangan jantung, contohnya, ahli kecantikan tak akan bisa menolong. Tak ada layanan kesehatan pendukung yang bisa membantunya.

 

Kejadian mendadak itu, menurut Atkins, akan menjadi bencana besar bagi pasien yang mendatangi ahli kecantikan illegal. Tahun lalu, 732 kasus pemutihan gigi illegal dilaporkan ke GDC, meningkat 26 persen dari 582 kasus pada 2018.

 

Badan pengawas dokter gigi mendapatkan data berdasarkan laporan dari konsumen, sehingga jumlah sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. GDC mengatakan, pihaknya telah meluncurkan 126 penuntutan terhadap pemutihan gigi illegal sejak

 

2015. BBC menemukan beberapa penipuan perusahaan yang menawarkan hanya beberapa jam pelatihan agar memenuhi kualifikasi. Dua wartawan  BBC yang menyamar menghadiri kursus dengan London School of Nails and Beauty yang berlangsung selama lima jam saja.

 

Peserta diberi tahu bahwa mereka dapat memperoleh lebih dari 80 poundsterling per sesi setelah menerima sertifikat. Mereka disebut bisa mendirikan bisnis sendiri untuk mempraktekkan ilmunya kepada pelanggan.

 

Kepala Sekolah di tempat kursus itu, Cha McDonald, mengatakan bahwa kursus itu sah karena pelanggan akan diminta untuk melakukan sendiri bagian dari prosedur pemutihan giginnya. Dia mengklaim, ribuan orang telah menjalani pelatihan di sekolahnya.

 

Seorang juru bicara General Dental Council mengatakan, tindakan sekolah itu bisa dipidanakan. Di sana juga tidak dijelaskan bagaimana jika terjadi keadaan darurat,  menyarankan memanggil ambulans seperti orang lainnya.

 

British Dental Association (BDA) mengatakan, sekolah palsu itu memangsa kerentanan ahli kecantikan dan lainnya. Orang-orang yang menghadiri sekolah-sekolah ini menempatkan diri mereka dalam risiko berakhir di penjara atau didenda.

 

“Saya mungkin juga telah membakar uang yang saya habiskan. Aku berjuang sebagai ahli kecantikan seperti itu dan aku hampir bangkrut. Saya pikir sebagai akibat langsungnya, saya kehilangan kepercayaan diri. Saya mengalami kecemasan dan menderita depresi,” ungkap salah seorang ahli kecantikan yang telah tertipu pelatihan serupa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement