REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang dunia, Kelly Clarkson dan Shaquille O'Neal baru-baru ini mengikuti tantang ALS Pepper Challenge dengan makan cabai pedas untuk meningkatkan kesadaran dan donasi untuk penyakit neurodegeneratif. Ahli gizi lada, Wendy Bazilian mencoba membahas tuntas tentang kebiasaan mengonsumsi cabai, dampak positif dan negatif dari makan cabai berlebihan, dilansir dari Health, Kamis (22/2).
Mengapa cabai itu pedas?
Senyawa utama yang menyebabkan cabai terasa pedas adalah fitonutrien yang disebut capsaicin. Capsaicin ini menempel pada reseptor lidah, mendeteksi suhu, dan mengirim sinyal pedas ke otak. Level pedasnya mulai dari yang sangat rendah, yaitu paprika standar, hingga Trinidad Moruga Scorpion (Capsicum chinense) yang memegang rekor Guiness World Record sebagai cabai terpedas di dunia.
Apakah bahaya makan cabai berlebihan?
Ketika Anda makan cabai terlalu banyak, otak akan menerima sinyal 'rasa sakit' yang menimbulkan sakit perut, mual, atau muntah. Perut bereaksi seolah Anda baru saja mengonsumsi zat beracun dan memicu tubuh mengeluarkan apa pun yang baru Anda makan.
"Jika Anda muntah, asam yang keluar dari perut bisa mengiritasi kerongkongan," kata Brazilian.
Pada Oktober 2016, seseorang muntah parah setelah makan paprika hantu dalam sebuah kontes makanan. Dia mengalami mati rasa dan kesulitan bernapas.
Adakah manfaat kesehatan cabai?
Penelitian menunjukkan makanan mengandung capsaicin, seperti cabai bisa membuat seseorang langsung. Ini karena makan cabai bisa membatasi nafsu makan seseorang dan meningkatkan kemampuan tubuh membakar kalori. Terlebih lagi, cabai terbukti membantu membersihkan sinus, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi pertumbuhan beberapa bakteri jahat.
Pilihlah cabai yang tidak terlalu pedas. Dengan cara ini, kata Brazilian, Anda bisa menjaga lidah, kerongkongan, dan perut tetap sehat.