REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan kedai kopi terbesar di dunia, Starbucks, mengalami penurunan penjualan salah satu produk minumannya. Dilansir Fox News, banyak pelanggan meninggalkan Frappuccino karena alasan kesehatan.
Pihak perusahaan mengatakan penjualan minuman yang mengombinasikan kopi, es, sirup dan susu ini turun tiga persen dari tahun lalu. Starbucks menduga penurunan ini disebabkan karena tren gaya hidup sehat di masyarakat. "Ini memang minuman yang tinggi gula dan kalori," ujar CEO Starbucks Kevin Johnson.
Menurut analis restoran untuk BTIG Peter Saleh, gaya hidup sehat bukanlah hal yang baru bagi masyarakat Amerika. Masyarakat telah lama menyadari bahwa Frappuccino mengandung banyak gula.
Alih-alih masalah kesehatan, Saleh menilai penurunan penjualan ini lebih disebabkan karena faktor kompetisi antar perusahaan kedai kopi. Seperti diketahui, kompetitor lain seperri Dunkin' Donuts dan McDonald's juga menjual produk minuman yang berbahan dasar kopi.
Baca juga: Buat Kopi Enak, Ini Alat yang Dibutuhkan
Sementara analis restoran dari Bernstein, Sara Senatore, menyebut penurunan penjualan Frappuccino karena masa promo happy hour telah berakhir. Sara mengatakan promo diskon ini yang membuat penjualan Frappuccino meningkat tahun lalu. "Jadi masalahnya sederhana, pelanggan tidak ingin membayar penuh untuk segelas Frappuccino," terang Sara.
Frappuccino ukuran medium dijual bekisar 4-5 dolar AS atau Rp 52 ribu sampai Rp 65 ribu. Sedangkan dari sisi kesehatan, minuman ini sangat tinggi kalori. Satu gelas Frappuccino mengandung 400 kalori serta 63 gram gula.
Meski mengalami penurunan, Frappuccino masih menyumbang 11 persen keuntungan dari laba keseluruhan Starbucks. Keunikan minuman kopi dingin ini dibandingkan produk sejenis lainnya yaitu terletak pada varian rasa teh.