Jumat 27 Jul 2018 00:11 WIB

Ada Kopi Keto di Kurir Ekspedisi

Sejumlah petani kopi sudah mulai mengemas kopi sendiri lewat koperasi

Red: Karta Raharja Ucu
Kopi Keto bubuk, pilihan pelanggan luar kota yang harus dikirim lewat jasa ekspedisi. (Foto: Dokumentasi Kopi Keto)
Foto:
Suasana toko Kopi Kapal Selam di Pasar Baru, Bandung.

Peluang UMKM

Ketika keluar dari perusahaan media lalu menggeluti bisnis tas kanvas, Muhammad Avisena tak memiliki toko. Jadi, ia menjual tas secara daring dengan dukungan jasa ekspedisi seperti JNE, JNT, Tiki, dan Pos, untuk pengiriman barang. "Penelusurannya mudah dilakukan, pembeli juga merasa lebih nyaman," ujar Avisena kepada Republika.co.id.

Sejak membuka usaha pada April 2015, ia biasa mengirim 30-50 paket per bulan ke berbagai daerah. Dari Bandung ia sudah mengirim paket pesanan ke Nusa Tenggara dan kota-kota kecil di Kalimantan dan Sumatra. "Tas kanvas saat itu belum banyak," kata Avisena tentang pilihannya membuat tas kanvas dengan merk Flying Dog yang ia jual di lokapasar Bukalapak.

Siti Rahmadana juga mengandalkan jasa ekspedisi untuk pelanggannya yang kebanyakan berasal dari luar Palembang. Sejak 2017 berjualan manisan buah pelem dan kemudian juga menjual peralatan makan/minum dari keramik melalui Instagram, ternyata banyak peminat dari luar Palembang.

"Untungnya sudah banyak banget ekspedisi, jadi tinggal pilih aja sesuai kebutuhan," ujar Dana kepada Republika.co.id.

Jasa ekspedisi yang ia sediakan untuk pelanggan adalah JNE, Lion Parcel, JET Express, dan JNT. Pilihan layanannya juga sudah beragam.

"Kalau mau besok sampai, bisa pakai Lion Parcel One Pack, JNE YES, atau JET Express Priority. Kalau yang mau lebih murah ada Lion Parcel Reguler, JNE Reguler, JNE Oke, JNT, JET Express Reguler," tutur Dana.

Performa layanan pengiriman ekspres dilihat dari sisi kecepatan pengiriman. Dampak dari performa ini, menurut Presiden Direktur JNE M Feriadi, bisa mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Karena banyak aktivitas bisnis yang bergantung pada proses distribusi yang dijalankan untuk pelanggan perusahaan dan UKM," ujar Feriadi di acara JNE Kumpul Bareng Kawan Pers, di Jakarta, 8 Mei lalu.

Di acara serupa yang digelar di Bandung, Kamis (31/5), Vice President of Marketing JNE Eri Palgunadi menegaskan JNE berkomitmen membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama ini, kata Eri, barang yang dijual secara daring baru sekitar 10 persen yang merupakan produk dalam negeri.

"Agustus tahun ini JNE bekerja sama dengan salah satu marketplace memilih 10 UMKM untuk dibina agar bisa maju ditingkat nasional dan internasional," ujar Eri dalam rilisnya yang dikirim ke Republika.co.id Mei lalu.

photo
Jasa ekspedisi membantu UKM bisa meneruskan produk yang dijual secara daring sampai di tangan pelanggan. Foto suasana di gerai ekspedisi JNE.

Maka, usaha Pemkab Banyuwangi memberikan pelatihan internet kepada usaha kecil menengah (UKM) perlu ditiru daerah lain. Usaha ini dilakukan agar para pelaku UKM di Banyuwangi bisa memasarkan produknya secara daring. Maka, orang-orang seperti Sumarno di Jambi seharusnya tak perlu risau memulai bisnis daring --karena tak tahu caranya.

Pemkab Banyuwangi pun memberi fasilitas lokapasar bernama banyuwangi-mall.com sejak 2014. Selama tiga hari setelah peluncuran penjualan mencapai Rp 60 jutaan. Saat ini sudah ada 110 penjual yang tergabung di banyuwangi-mall, dengan 650 item produk dan 932 pelanggan.

"Banyuwangi-mall bekerja sama dengan JNE dan PT Pos untuk pengiriman barang," ujar Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Banyuwangi Alief Rachman Kartiono kepada Republika.co.id.

Alief mengakui peran JNE dan Pos cukup besar. Sebagian dari UKM sudah ada yang menjalin sendiri kerja sama dengan JNE dan Pos untuk mendapatkan fasilitas khusus seperti pengambilan secara gratis produk yang akan dikirim ke alamat pembeli. "Pesanan datang dari berbagai wilayah Jawa dan luar Jawa," ujar Alief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement