Jumat 07 Feb 2020 16:27 WIB

Tahu Mahrup Cibogo Kini Jadi Incaran Wisatawan Jakarta

Berproduksi sejak 1979, Tahu Mahrup Cibogo kini jadi incaran wisatawan asal Jakarta.

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Reiny Dwinanda
Asep Suherman (47), pelaku usaha Tahu Mahrup Cibogo di Kota Bandung, Jumat (7/2). Kini, tiap akhir pekan, tahu produksinya menjadi incaran wisatawan asal Jakarta untuk dijadikan oleh-oleh.
Foto: Republika/Fauzi Ridwan
Asep Suherman (47), pelaku usaha Tahu Mahrup Cibogo di Kota Bandung, Jumat (7/2). Kini, tiap akhir pekan, tahu produksinya menjadi incaran wisatawan asal Jakarta untuk dijadikan oleh-oleh.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Warga Kota Bandung biasanya akan langsung teringat daerah Cibuntu ketika ditanya sentra produksi tahu. Daerah itu memang terkenal dengan pelaku usaha pembuatan tahu kuning sejak puluhan tahun silam.

Selain karena murah dan enak, tahu menjadi salah satu makanan yang banyak dikonsumsi karena mudah diperoleh. Seiring berjalannya waktu, produsen tahu tidak hanya terpusat di wilayah Cibuntu, namun juga muncul di tempat lainnya, seperti di Cibogo.

Baca Juga

Di sana terdapat salah satu pelaku usaha pembuat tahu yang masih produktif sejak 1979, yaitu pabrik tahu Cibogo. Kini, pabrik di Jalan Cibogo, Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi no 27, Kota Bandung itu lebih terkenal dengan nama barunya, Tahu Mahrup Cibogo.

Bisnis tersebut dikembangkan oleh almarhum Mahrup di wilayah Cibogo dan sekitarnya. Ia memulai usaha tersebut sekitar tahun 1979, bertepatan dengan pembangunan pertama pasar Sarijadi. Saat itu dan hingga kini, pabrik tahunya adalah satu-satunya pabrik tahu di wilayah tersebut.

"Awalnya Bapak pedagang sayuran, terus belajar ke mertua yang orang Cibuntu tentang cara membuat tahu lalu lanjut membuat pabrik di Cibogo tahun 1979," ujar Asep Suherman (47) yang meneruskan bisnis ayahnya di Jalan Cibogo atas no 150, Jumat (7/2).

Pembukaan pabrik tahu di Cibogo, menurut Asep, mendapat respons baik dari konsumen. Ia mengatakan, banyak pembeli yang membeli tahu langsung mendatangi ke pabrik. Seiring waktu, pabrik tahu milik ayahnya itu mulai dikenal dan menyebar ke seluruh masyarakat.

"Sejauh ini, kualitas tahu kuning dijaga dan dipertahankan," ungkap pria yang akrab disapa Suhe itu.

Pada 2002, Tahu Mahrup Cibogo kehilangan pelopornya yang berpulang keharibaan-Nya. Bisnis produksi tahu masih berjalan di bawah pengawasan istri almarhum Mahrup hingga ibunda Suhe tersebut tutup usia pada 2014.

Suhe sebetulnya sudah mulai turut berbisnis tahu pada 2010, namun ia baru lebih serius melanjutkan usaha keluarga setelah kedua orang tuanya tiada. Bersama sang istri Agustin Marliana (42), Suhe menjalankan bisnis keluarga itu di sela kesibukannya sebagai kontributor karikatur di Harian Republika.

"Sebelumnya, saya bekerja di Republika di Jakarta sebagai kontributor halaman karikatur. Pada 2015, saya ke Bandung, ngisi di biro Jabar. Saya mengerjakan pekerjaan kantor di rumah sambil mengelola perusahaan Bapak," katanya.

Suhe dan lima orang saudaranya mengelola industri rumahan produksi tahu di pabrik berukuran 10x4 meter persegi dengan dukungan empat orang pekerja. Suhe mengungkapkan, sekitar 80 persen tahunya terjual di pabrik, sedangkan sisanya dijual wilayah pasar Cibogo dan sekitarnya.

Harga tahu kuning produksi Pabrik Tahu Mahrup memang lebih tinggi dibanding pabrik lain. Menurut Suhe, itu terjadi karena ia mengutamakan kualitas.

"Saya membuat tahu diutamakan kualitas, otomatis harga agak mahal. Satu buah tahu kuning dijual dari pabrik Rp 500 untuk reseller, kalau untuk konsumen Rp 600 per buah, sementara pabrik lain Rp 400 per buah," katanya.

Suhe mengatakan, tahu yang dibuatnya lebih banyak disalurkan ke konsumen rumahan, restoran, kafe, dan hotel. Itu pula yang membuatnya ketat menjaga kualitas tahunya.

Menurut Suhe, pabrik tahunya dapat memproduksi 3.500 tahu dalam setengah hari beroperasi. Meski produksinya relatif sedikit dibandingkan pabrik lain, namun ia lebih ingin mengutamakan kualitas tahunya.

Belakangan ini, Suhe mendapati banyak konsumen dari Jakarta mencari Tahu Mahrup Cibogo pada akhir pekan untuk dijadikan oleh-oleh. Mereka mengetahui produknya dari mulut ke mulut dan informasi yang beredar di internet.

photo
Varian tahu produksi pabrik Tahu Mahrup Cibogo di Kota Bandung.

Melihat antusiasme konsumen, Suhe membuka gerai oleh-oleh tahu di Jalan Cibogo atas no 150. Ia pun bekerja sama dengan dua aplikasi pesan-antar makanan untuk menjual produk-produknya.

Di gerai miliknya, tidak hanya tahu kuning yang dijual. Ada juga varian lain, seperti tahu keju dan tahu susu serta olahan tahu lainnya. Tahu keju dan tahu susu dijual Rp 2.000 per buah, baik mentah maupun matang.

"Alhamdulillah, penghasilan kotor per bulan sampai di angka Rp 35 juta dengan keuntungan bersih Rp 15 sampai 17 juta," katanya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement