REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebagian orang tua di London, Inggris, berharap sekolah melarang penggunaan ponsel. Berdasarkan survei yang digagas organisasi nonprofit Internet Matters, mereka khawatir paparan ponsel mengganggu tumbuh kembang anak.
Dari 2.022 orang tua yang mengikuti survei, sebanyak 59 persen beranggapan bahwa siswa tidak seharusnya diperbolehkan menggunakan ponsel di dalam kelas atau di sekolah. Namun, 49 persen mengganggap ponsel boleh dibawa ke sekolah untuk berjaga-jaga.
Sebanyak 27 persen orang tua mengatakan, ponsel sebaiknya hanya dioperasikan pada waktu istirahat dan tidak di waktu lainnya. Sementara, 34 persen orang tua berpendapat tidak masalah jika ponsel diakses saat makan siang.
Hal itu bukan karena orang tua terlalu posesif, tetapi karena 71 persen dari mereka khawatir anaknya menerima atau membagikan konten negatif. Sedangkan, 73 persen orang tua cemas dengan kian terbukanya komunikasi daring dan 68 persen takut anak mengalami perisakan siber.
Pejabat eksekutif Internet Matters, Carolyn Bunting, menjelaskan bahwa survei tersebut merupakan bagian dari kampanye "Back To School" yang mereka gagas. Riset juga menemukan bahwa 72 persen anak kelas tujuh sudah memiliki ponsel dan tak bisa lepas darinya.
Dia menyoroti dua sisi yang bertolak belakang dari keputusan memberikan ponsel kepada anak. Di satu sisi, anak bisa memiliki kesempatan untuk belajar, berkomunikasi, dan menjelajah dunia tanpa batas. Namun, ada banyak tantangan digital yang perlu dicermati.
Ada konsekuensi tertentu jika anak tidak siap dan orang tua melepas penggunaan gawai begitu saja. Anak bisa saja mendapat masalah di grup pertemanan daring, tertekan saat mengakses media sosial, atau kecanduan gim tertentu.
"Orang tua memiliki peran besar untuk membekali anak dengan perangkat yang tepat saat menjelajahi dunia maya, sekaligus mendampingi selama momen-momen mereka menghadapi banyak perubahan," ujar Carolyn, dikutip dari laman Eastern Daily Press.