REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerhati anak Seto Mulyadi populer dengan karakter Si Komo ciptaannya pada era 1990-an. Pria yang biasa disapa Kak Seto itu membuat tokoh yang terinspirasi komodo menjadi akrab dan dicintai anak-anak Indonesia.
Acara Si Komo berhenti mengudara pada 1998 karena Kak Seto mendirikan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI). Kini, Kak Seto berencana menghidupkan kembali tayangan Si Komo setelah merampungkan tugasnya di lembaga tersebut.
"Satu atau dua tahun lagi saya akan mundur, kembali menekuni Si Komo. Mudah-mudahan bisa muncul lagi, asal jangan bikin macet," ujarnya pada konferensi pers peluncuran DVD salah satu serial animasi anak beberapa waktu lalu.
Seloroh Kak Seto berkaitan dengan lagu tema "Si Komo" penyerta tayangan yang dulu sangat populer. Liriknya menyebutkan, jalanan menjadi macet gara-gara Si Komo lewat, membuat pak polisi dan orang-orang menjadi bingung.
Niat Kak Seto menghidupkan kembali Si Komo salah satunya karena permintaan banyak pihak. Penonton anak yang dulu menyimak tayangan tersebut sekarang sudah dewasa dan sukses berkarier, mengharapkan Si Komo kembali digarap.
Kak Seto juga mengapresiasi sejumlah tayangan anak yang ada di masa sekarang karena memuat nilai-nilai positif. Psikolog anak lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu menyebutkan beberapa kriteria yang menurutnya sesuai standar.
Beberapa di antaranya adalah memiliki muatan etika, moral, estetika, humor, dan menguatkan nasionalisme. Tayangan yang baik menurut dia tidak perlu mengacu pada budaya lain, tetapi memperkenalkan dan mengakrabkan budaya Indonesia.
"Tayangan dengan nilai demokrasi dalam keluarga pun penting. Orang tua perlu mendengar suara anak, memenuhi salah satu hak dasar anak yaitu hak berpartisipasi," tutur pria 67 tahun kelahiran Klaten itu.